Raymond Kelvin Nando — Thomas Hobbes adalah seorang filsuf Inggris yang dikenal sebagai perintis utama filsafat politik modern dan penggagas teori kontrak sosial dalam kerangka materialisme dan rasionalisme. Melalui karya utamanya Leviathan (1651), Hobbes menyusun sistem politik yang berupaya menegaskan bahwa stabilitas sosial hanya dapat dijaga melalui kekuasaan absolut yang lahir dari perjanjian antarindividu yang rasional.
Daftar Isi
Biografi Thomas Hobbes
Thomas Hobbes lahir pada tahun 1588 di Westport, Wiltshire, Inggris. Ia tumbuh dalam masa ketegangan besar di Eropa, yang membentuk pandangannya terhadap pentingnya ketertiban dan keamanan sosial. Ia menempuh pendidikan di Magdalen Hall, Oxford, di mana ia mempelajari filsafat skolastik tetapi segera menolaknya karena dianggap tidak ilmiah.
Setelah lulus, Hobbes menjadi guru pribadi keluarga Cavendish, yang memberinya akses ke dunia intelektual Eropa. Ia berkenalan dengan Francis Bacon, yang memengaruhi pandangannya tentang metode empiris, serta dengan Galileo Galilei dan René Descartes, yang memperkenalkan ide mekanistik tentang alam semesta.
Hobbes menyaksikan kekacauan politik akibat Perang Saudara Inggris (1642–1651), pengalaman yang membentuk pandangan pesimistiknya tentang manusia dan mendorongnya menulis Leviathan. Buku itu menegaskan perlunya otoritas absolut untuk mencegah masyarakat jatuh ke dalam kekacauan.
Ia menghabiskan masa tuanya di Inggris setelah Restorasi monarki, terus menulis dalam bidang logika, etika, dan filsafat alam. Hobbes wafat pada tahun 1679 di usia 91 tahun. Pemikirannya kemudian menjadi dasar penting bagi teori politik sekuler dan sosiologi modern.
Konsep-Konsep Utama
Status Naturalis (Keadaan Alamiah)
Dalam Leviathan, Hobbes menjelaskan bahwa sebelum adanya negara, manusia hidup dalam keadaan alamiah (status naturalis), di mana tidak ada hukum, pemerintahan, atau moralitas yang mengatur.
During the time men live without a common power to keep them all in awe, they are in that condition which is called war; and such a war as is of every man against every man. (Leviathan, 1651, hlm. 185)
Dalam kondisi tersebut, manusia memiliki hak alamiah yang tak terbatas, termasuk hak untuk mempertahankan diri dengan segala cara. Namun, karena semua orang memiliki hak yang sama, timbullah konflik tanpa akhir. Kehidupan dalam keadaan alamiah adalah, menurut Hobbes, “solitary, poor, nasty, brutish, and short.”
Keadaan ini menunjukkan bahwa manusia secara alami digerakkan oleh rasa takut akan kematian dan hasrat akan keamanan, sehingga secara rasional mereka sepakat membentuk suatu tatanan sosial yang menjamin perdamaian.
Social Contract (Kontrak Sosial)
Solusi atas kekacauan dalam keadaan alamiah adalah perjanjian sosial (social contract), di mana individu-individu sepakat untuk menyerahkan sebagian kebebasannya kepada otoritas tertinggi demi keamanan bersama.
The only way to erect such a common power, as may be able to defend them from the invasion of foreigners, and the injuries of one another, is to confer all their power and strength upon one man, or upon one assembly of men, that may reduce all their wills, by plurality of voices, unto one will. (Leviathan, 1651, hlm. 227)
Melalui perjanjian ini, terbentuklah Leviathan, yaitu penguasa yang memegang kekuasaan absolut sebagai wakil kehendak bersama rakyat. Kekuasaan Leviathan diperlukan agar hukum dapat ditegakkan dan masyarakat hidup dalam damai.
Namun, bagi Hobbes, kontrak sosial bersifat irreversibel — rakyat tidak dapat mencabut kekuasaan yang telah diberikan, karena hal itu akan mengembalikan keadaan alamiah yang penuh bahaya. Dengan demikian, Hobbes memberikan legitimasi rasional bagi absolutisme politik, bukan atas dasar agama, melainkan demi keamanan dan ketertiban.
Materialisme dan Determinisme
Hobbes juga dikenal sebagai salah satu materialis pertama dalam filsafat modern. Ia menolak dualisme Descartes dan menyatakan bahwa semua realitas — termasuk pikiran, kehendak, dan moralitas — adalah hasil dari gerak materi.
For what is the heart, but a spring; and the nerves, but so many strings; and the joints, but so many wheels, giving motion to the whole body? (Leviathan, 1651, hlm. 3)
Bagi Hobbes, manusia hanyalah mekanisme fisik yang digerakkan oleh hukum sebab-akibat. Pikiran adalah gerak materi dalam otak, dan kehendak hanyalah bentuk keinginan terakhir sebelum tindakan. Dengan demikian, kebebasan bukanlah ketiadaan sebab, melainkan ketiadaan paksaan eksternal terhadap gerak alami tubuh.
Pandangan ini menjadikan Hobbes sebagai pelopor determinisme mekanistik, yang memengaruhi perkembangan psikologi, sosiologi, dan teori politik rasional.
Dalam Konteks Lain
Etika dan Politik
Dalam kerangka etika, Hobbes menolak ide bahwa moralitas bersumber dari hukum ilahi. Ia menegaskan bahwa moralitas lahir dari kontrak sosial, bukan dari Tuhan.
Covenants, without the sword, are but words and of no strength to secure a man at all. (Leviathan, 1651, hlm. 230)
Tanpa otoritas yang mampu memaksa, hukum tidak berarti apa pun. Karena itu, moralitas hanya dapat ditegakkan jika ada kekuasaan yang mampu menghukum pelanggar. Etika Hobbes bersifat utilitarian dalam pengertian awal — tindakan benar sejauh menghasilkan perdamaian dan keamanan.
Dalam politik, Hobbes mendefinisikan negara sebagai entitas buatan manusia yang dibangun untuk mengakhiri perang semua melawan semua. Kekuasaan absolut diperlukan bukan karena keinginan untuk menindas, melainkan karena rasionalitas memerintahkan perlindungan diri.
Hubungan dengan Ilmu Pengetahuan
Hobbes berpendapat bahwa metode ilmiah harus diterapkan pada politik dan etika. Ia menggunakan pendekatan deduktif seperti dalam matematika dan mekanika untuk membangun teori sosial.
Dengan demikian, ia adalah pionir filsafat politik ilmiah yang menolak spekulasi metafisis. Bagi Hobbes, hanya melalui pengetahuan ilmiah tentang gerak dan sebab manusia dapat membangun tatanan sosial yang rasional dan stabil.
Kesimpulan
Thomas Hobbes memberikan dasar bagi filsafat politik modern yang sekuler dan ilmiah. Dengan pandangan mekanistik tentang manusia dan teori kontrak sosialnya, ia menjelaskan asal mula negara bukan dari wahyu, melainkan dari rasionalitas manusia yang mencari keamanan. Melalui Leviathan, Hobbes mewariskan visi politik yang masih relevan: bahwa ketertiban adalah syarat utama bagi kebebasan dan peradaban.
FAQ
Apa kontribusi utama Thomas Hobbes?
Ia mengembangkan teori kontrak sosial pertama dalam bentuk rasional dan sekuler, serta mendefinisikan dasar negara sebagai hasil kesepakatan manusia demi keamanan bersama.
Bagaimana pandangan Hobbes tentang manusia?
Manusia pada dasarnya egois, didorong oleh keinginan mempertahankan diri dan menghindari kematian, sehingga memerlukan kekuasaan yang kuat untuk hidup damai.
Mengapa Leviathan penting dalam sejarah filsafat?
Karena karya itu meletakkan dasar bagi teori negara modern, realisme politik, dan sekularisasi kekuasaan, yang berpengaruh pada pemikir seperti Locke, Rousseau, dan Hume.
Referensi
- Hobbes, T. (1651). Leviathan. London: Andrew Crooke.
- Gauthier, D. (1969). The Logic of Leviathan: The Moral and Political Theory of Thomas Hobbes. Oxford: Clarendon Press.
- Kavka, G. (1986). Hobbesian Moral and Political Theory. Princeton: Princeton University Press.
- Tuck, R. (1996). Hobbes: A Very Short Introduction. Oxford: Oxford University Press.
- Curley, E. (1994). The Cambridge Companion to Hobbes. Cambridge: Cambridge University Press.
- Sorell, T. (1986). Hobbes. London: Routledge.