Raymond Kelvin Nando — Louis Althusser adalah seorang filsuf Marxis Prancis yang dikenal karena usahanya merekonstruksi dan menafsirkan kembali ajaran Karl Marx melalui kerangka strukturalisme. Pemikirannya berupaya menghapus unsur humanistik dan historis yang dianggapnya melemahkan konsistensi ilmiah dalam teori Marx, serta menggantikannya dengan pendekatan struktural, epistemologis, dan anti-humanis. Althusser menekankan bahwa masyarakat merupakan sistem kompleks dari struktur-struktur yang bekerja secara relatif otonom — ekonomi, politik, dan ideologi — yang membentuk kesadaran individu tanpa mereka sadari.
Daftar Isi
Biografi Louis Althusser
Louis Pierre Althusser lahir pada 16 Oktober 1918 di Birmandreis, Aljazair (saat itu koloni Prancis). Ia dibesarkan dalam keluarga Katolik konservatif dan menempuh pendidikan di École Normale Supérieure (ENS) di Paris. Namun, kehidupannya terguncang akibat pengalaman Perang Dunia II, ketika ia ditawan oleh Jerman dan menghabiskan beberapa tahun sebagai tahanan perang.
Setelah perang, Althusser bergabung dengan Partai Komunis Prancis (PCF) dan menjadi dosen di ENS. Ia terlibat dalam perdebatan intelektual antara tradisi Marxis ortodoks, eksistensialisme Sartre, dan strukturalisme yang sedang berkembang di Prancis. Dalam konteks inilah, ia menulis karya-karya penting seperti Pour Marx (1965) dan Lire le Capital (1965, bersama Étienne Balibar dan Pierre Macherey).
Althusser berusaha menunjukkan bahwa Marx melakukan “pemutusan epistemologis” (coupure épistémologique) dari ideologi humanistik menuju sains sejarah. Ia juga memperkenalkan konsep struktur tanpa subjek, yang menolak pandangan bahwa manusia adalah pusat dari sejarah.
Kehidupan pribadinya diwarnai oleh pergulatan panjang dengan gangguan mental, yang puncaknya terjadi pada tahun 1980 ketika ia secara tragis membunuh istrinya, Hélène Rytmann. Setelah itu ia dirawat di rumah sakit jiwa hingga akhir hayatnya pada tahun 1990. Meski kehidupannya kontroversial, pemikirannya tetap berpengaruh besar dalam filsafat, teori sosial, dan kajian ideologi.
Konsep-Konsep Utama
Coupure Épistémologique (Pemutusan Epistemologis)
Salah satu gagasan sentral Althusser adalah bahwa Marx mengalami pemutusan epistemologis antara karya awal yang masih humanistik dan karya dewasa yang ilmiah. Ia menegaskan bahwa untuk memahami Marx secara ilmiah, kita harus menolak pembacaan antropologis dan eksistensialis yang melihat manusia sebagai pusat sejarah.
Marx’s transition from ideology to science marks a break, a coupure épistémologique, that founds a new continent of knowledge. (Pour Marx, 1965, hlm. 34)
Pemutusan ini, tulis Althusser, menandai lahirnya sains sejarah materialis. Dengan konsep ini, Althusser berusaha memisahkan Marx dari warisan Hegelian yang berpusat pada kesadaran dan teleologi sejarah. Bagi Althusser, Marx yang sejati bukanlah filsuf humanis, melainkan ilmuwan struktur sosial.
Pemikiran ini menandai pergeseran radikal dalam studi Marxisme: ia mengubah arah interpretasi dari subyektivitas ke struktur, dari kesadaran ke mekanisme ideologis, dari sejarah manusia ke sejarah tanpa subjek.
Structure sans Sujet (Struktur tanpa Subjek)
Althusser menolak pandangan bahwa individu adalah agen utama dalam sejarah. Ia berpendapat bahwa struktur sosial — bukan manusia — yang menjadi dasar penjelasan ilmiah terhadap masyarakat.
History is a process without a subject or goals. (Lire le Capital, 1965, hlm. 121)
Sejarah, menurut Althusser, adalah proses tanpa subjek maupun tujuan. Dengan ini, ia mengkritik pandangan eksistensialis dan humanis yang menempatkan manusia sebagai pencipta makna. Bagi Althusser, individu hanya merupakan efek dari struktur, bukan penyebabnya.
Struktur sosial terdiri dari berbagai praktik (ekonomi, politik, ideologi) yang bekerja secara relatif otonom namun saling menentukan dalam totalitas sosial. Dengan demikian, structure sans sujet menggambarkan ontologi non-antropologis, di mana realitas sosial ditentukan oleh relasi, bukan oleh kesadaran individual.
Konsep ini berpengaruh besar dalam teori sosial modern, menjadi dasar bagi pemikiran strukturalis dan post-strukturalis tentang subjektivitas dan determinasi struktural.
Appareils Idéologiques d’État (Aparatus Ideologis Negara)
Dalam esainya yang terkenal Idéologie et Appareils Idéologiques d’État (1970), Althusser memperkenalkan teori tentang bagaimana negara mempertahankan kekuasaan melalui mekanisme ideologis. Ia membedakan antara Appareils Répressifs d’État (aparatus represif seperti polisi, tentara, hukum) dan Appareils Idéologiques d’État (lembaga seperti sekolah, media, keluarga, dan agama).
Ideology has material existence in institutions and practices through which individuals are interpellated as subjects. (Idéologie et Appareils Idéologiques d’État, 1970, hlm. 176)
Ideologi, tulis Althusser, memiliki eksistensi material dalam institusi dan praktik yang memanggil individu menjadi subjek. Proses ini disebut interpellation, yakni mekanisme di mana individu diinternalisasi ke dalam struktur ideologi dan menganggapnya sebagai sesuatu yang alami.
Konsep ini memperluas Marxisme klasik dengan menekankan bahwa kekuasaan tidak hanya bekerja melalui paksaan, tetapi melalui persetujuan yang diproduksi oleh ideologi. Dengan demikian, Althusser membuka jalan bagi teori-teori kontemporer tentang wacana, subjektivitas, dan kekuasaan yang kelak dikembangkan oleh Michel Foucault dan Judith Butler.
Dalam Konteks Lain
Filsafat Politik dan Ideologi
Althusser memandang ideologi sebagai struktur material yang menembus seluruh praktik sosial. Ia menolak pemahaman ideologi sebagai kesalahan kognitif atau ilusi semata; sebaliknya, ideologi adalah kondisi eksistensi sosial itu sendiri.
Men live their ideology as their reality. (Pour Marx, 1965, hlm. 233)
Manusia hidup dalam ideologi mereka seperti hidup dalam kenyataan.
Kutipan ini menegaskan bahwa ideologi bukan sekadar lapisan tambahan, tetapi mediasi fundamental antara subjek dan dunia sosial. Dalam konteks ini, filsafat politik Althusser menekankan fungsi reproduktif ideologi dalam mempertahankan tatanan kapitalistik.
Ia juga memperkenalkan gagasan overdetermination — bahwa kontradiksi sosial tidak memiliki satu penyebab tunggal, melainkan merupakan hasil dari tumpang tindih berbagai struktur. Hal ini menjelaskan kompleksitas politik dan menolak penyederhanaan ekonomi-deterministik.
Filsafat Ilmu dan Epistemologi Struktural
Dalam bidang epistemologi, Althusser berpendapat bahwa ilmu (science) berbeda secara radikal dari ideologi. Ia mengadopsi pengaruh Bachelard dan Spinoza untuk menjelaskan bahwa pengetahuan ilmiah merupakan hasil dari pemutusan terhadap ideologi.
Philosophy is the class struggle in theory. (Lenin and Philosophy, 1968, hlm. 47)
Filsafat adalah perjuangan kelas dalam teori.
Pernyataan ini mengandung makna bahwa filsafat bukan kegiatan netral, melainkan arena ideologis di mana sains dan ideologi saling berkonfrontasi. Dengan demikian, epistemologi Althusser memiliki dimensi politis — pengetahuan ilmiah adalah hasil dari perjuangan melawan bentuk-bentuk kesadaran yang menyesatkan.
Pandangan ini menandai paradigma materialisme teoritis, di mana filsafat berfungsi sebagai alat kritis terhadap ideologi, bukan sekadar refleksi tentang pengetahuan.
Kesimpulan
Louis Althusser adalah arsitek utama Marxisme strukturalis abad ke-20. Melalui konsep coupure épistémologique, structure sans sujet, dan appareils idéologiques d’État, ia merumuskan ulang teori Marx dalam bentuk ilmiah dan anti-humanistik. Ia memperlihatkan bagaimana ideologi, struktur sosial, dan kekuasaan bekerja secara simultan membentuk kesadaran manusia.
Pemikirannya membuka arah baru bagi filsafat kontemporer — dari teori ideologi hingga analisis wacana dan subjektivitas modern — menjadikannya salah satu figur paling berpengaruh dalam tradisi filsafat Eropa pasca-Marx.
Frequently Asked Questions (FAQ)
Apa tujuan utama Althusser dalam menafsirkan Marx?
Ia berusaha menjadikan Marxisme sebagai ilmu objektif tentang struktur sosial dengan menolak unsur humanisme dan teleologi sejarah.
Apa arti “struktur tanpa subjek”?
Bahwa sejarah dan masyarakat tidak ditentukan oleh individu, tetapi oleh struktur sosial yang bekerja secara otonom dan rasional.
Bagaimana ideologi bekerja menurut Althusser?
Ideologi bekerja melalui institusi yang menginternalisasi nilai-nilai sosial kepada individu, sehingga mereka bertindak sesuai dengan struktur dominan tanpa merasa terpaksa.
Apa tujuan utama Althusser dalam menafsirkan Marx?
Ia berusaha menjadikan Marxisme sebagai ilmu objektif tentang struktur sosial dengan menolak unsur humanisme dan teleologi sejarah.
Apa arti “struktur tanpa subjek”?
Bahwa sejarah dan masyarakat tidak ditentukan oleh individu, tetapi oleh struktur sosial yang bekerja secara otonom dan rasional.
Bagaimana ideologi bekerja menurut Althusser?
Ideologi bekerja melalui institusi yang menginternalisasi nilai-nilai sosial kepada individu, sehingga mereka bertindak sesuai dengan struktur dominan tanpa merasa terpaksa.
Referensi
- Althusser, L. (1965). Pour Marx. Paris: Maspero.
- Althusser, L., Balibar, É., & Macherey, P. (1965). Lire le Capital. Paris: Maspero.
- Althusser, L. (1970). Idéologie et Appareils Idéologiques d’État. Paris: Maspero.
- Althusser, L. (1968). Lenin and Philosophy and Other Essays. New York: Monthly Review Press.
- Elliott, G. (1987). Althusser: The Detour of Theory. London: Verso.
- Montag, W. (2013). Althusser and His Contemporaries: Philosophy’s Perpetual War. Durham: Duke University Press.