Raymond Kelvin Nando
  • Beranda
  • Tentang Saya
  • Resources
    • Ebooks
    • Essays
  • Ensiklopedia
    • Ensiklopedia Filsuf
    • Ensiklopedia Ideologi
    • Ensiklopedia Fallacy
    • Ensiklopedia Teologi & Kepercayaan
No Result
View All Result
Raymond Kelvin Nando
  • Beranda
  • Tentang Saya
  • Resources
    • Ebooks
    • Essays
  • Ensiklopedia
    • Ensiklopedia Filsuf
    • Ensiklopedia Ideologi
    • Ensiklopedia Fallacy
    • Ensiklopedia Teologi & Kepercayaan
No Result
View All Result
Raymond Kelvin Nando
No Result
View All Result
Home Filsuf

Isaac Newton

Raymond Kelvin Nando by Raymond Kelvin Nando
September 24, 2025
in Filsuf
Reading Time: 15 mins read
0

Raymond Kelvin Nando, Pontianak — Isaac Newton adalah filsuf alam, matematikawan, dan ilmuwan Inggris yang hidup pada abad ke-17 hingga awal abad ke-18. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah filsafat alam, terutama karena karyanya Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica yang merumuskan hukum gerak dan gravitasi universal. Newton tidak hanya meletakkan dasar-dasar fisika klasik, tetapi juga mengembangkan filsafat alam yang menjadi fondasi bagi ilmu modern.

Daftar Isi

  • Biografi Isaac Newton
    • Artikel Terkait
    • John Locke
    • John Dewey
    • Johann Gottfried Herder
  • Konsep-Konsep Utama
    • Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica Prinsip-Prinsip Matematika Filsafat Alam
    • Opticks Filsafat Cahaya dan Warna
  • Dalam Konteks Lain
    • Filsafat Ilmu
    • Filsafat Teologi dan Kosmologi
  • Kesimpulan
  • Frequently Asked Questions (FAQ)
    • Apa karya terbesar Isaac Newton?
    • Bagaimana pandangan Newton tentang filsafat?
    • Apakah Newton religius?
  • Referensi

Biografi Isaac Newton

Isaac Newton lahir pada 25 Desember 1642 di Woolsthorpe, Lincolnshire, Inggris. Ia lahir sebagai anak tunggal dari keluarga petani yang sederhana, dan ayahnya meninggal sebelum ia dilahirkan. Masa kecil Newton tidak menonjol, tetapi sejak remaja ia menunjukkan bakat luar biasa dalam bidang mekanika dan matematika.

Pada 1661, Newton memasuki Trinity College, Cambridge. Di sana ia mempelajari karya-karya René Descartes, Galileo Galilei, dan Johannes Kepler. Masa ini menandai awal ketertarikannya pada filsafat alam (natural philosophy) dan matematika.

Ketika wabah pes melanda Cambridge pada 1665–1667, Newton kembali ke kampung halamannya. Dalam periode inilah ia melakukan penemuan besar: teori kalkulus, optika dasar cahaya, dan konsep gravitasi universal.

Pada 1687, ia menerbitkan karya monumentalnya, Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica, yang mengubah arah filsafat alam Eropa. Karyanya menegaskan bahwa alam semesta tunduk pada hukum universal yang dapat dipahami melalui matematika.

Artikel Terkait

John Locke

John Dewey

Johann Gottfried Herder

Newton kemudian menjadi profesor matematika di Cambridge, anggota Royal Society, dan akhirnya menjabat sebagai Master of the Mint. Ia wafat pada 31 Maret 1727 di London, dan dimakamkan di Westminster Abbey, sebuah penghormatan besar bagi seorang ilmuwan sekaligus filsuf alam.

Konsep-Konsep Utama

Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica Prinsip-Prinsip Matematika Filsafat Alam

Newton menulis dalam Principia:

“Hypotheses non fingo.” — “Saya tidak membuat hipotesis.” (Principia Mathematica, 1687, Buku III, General Scholium, hlm. 943)

Pernyataan ini menunjukkan sikap Newton bahwa filsafat alam harus berlandaskan pada observasi dan eksperimen, bukan spekulasi metafisik. Baginya, hukum-hukum alam cukup dijelaskan melalui fenomena yang terukur tanpa memerlukan hipotesis tambahan tentang penyebab yang tak terlihat.

Melalui tiga hukum gerak dan hukum gravitasi universal, Newton menegaskan bahwa alam semesta diatur oleh hukum matematis universal. Prinsip ini menjadi tonggak lahirnya filsafat mekanistik modern.

Opticks Filsafat Cahaya dan Warna

Dalam Opticks (1704), Newton menulis:

“Are not the Rays of Light very small Bodies emitted from shining Substances?” — “Bukankah sinar cahaya adalah partikel-partikel kecil yang dipancarkan dari benda bercahaya?” (Opticks, 1704, Buku I, hlm. 67)

Newton mengembangkan teori korpuskular cahaya, bahwa cahaya terdiri dari partikel kecil. Eksperimen prisma menunjukkan bahwa cahaya putih dapat diuraikan menjadi spektrum warna. Pandangannya menekankan analisis empiris cahaya dan menjadi fondasi fisika optik.

Dengan demikian, Newton menegaskan bahwa fenomena alam harus dijelaskan secara kuantitatif dan mekanistik, selaras dengan visinya tentang filsafat alam.

Dalam Konteks Lain

Filsafat Ilmu

Newton memandang filsafat alam sebagai penyelidikan tentang hukum-hukum universal yang dapat dipahami melalui eksperimen dan matematika. Ia menolak spekulasi metafisis murni dan mengutamakan metode induktif.

Ia menulis dalam Principia:

“In experimental philosophy we are to look upon propositions inferred by general induction from phenomena as accurately or very nearly true.” — “Dalam filsafat eksperimental kita harus memandang proposisi yang disimpulkan melalui induksi umum dari fenomena sebagai benar secara tepat atau hampir benar.” (Principia Mathematica, 1687, hlm. 794)

Hal ini menegaskan bahwa ilmu pengetahuan didasarkan pada generalisasi dari pengalaman empiris, bukan pada sistem deduktif semata.

Filsafat Teologi dan Kosmologi

Newton bukan hanya ilmuwan, tetapi juga seorang pemikir religius. Ia percaya bahwa hukum-hukum alam adalah bukti keteraturan ciptaan Tuhan.

Dalam Principia, ia menulis:

“This most beautiful system of the sun, planets, and comets could only proceed from the counsel and dominion of an intelligent and powerful Being.” — “Sistem yang indah dari matahari, planet, dan komet ini hanya dapat berasal dari kehendak dan kekuasaan suatu Wujud yang cerdas dan berkuasa.” (Principia Mathematica, 1687, General Scholium, hlm. 942)

Bagi Newton, filsafat alam tidak meniadakan Tuhan, melainkan memperlihatkan kebesaran dan kebijaksanaan-Nya. Dengan demikian, ia menghubungkan filsafat, sains, dan teologi dalam suatu pandangan kosmos yang terpadu.

Kesimpulan

Isaac Newton menegaskan bahwa alam semesta tunduk pada hukum universal yang dapat dijelaskan melalui matematika dan eksperimen. Melalui Principia dan Opticks, ia merevolusi filsafat alam, menghubungkan empirisme dengan rasionalitas matematis, serta menempatkan Tuhan sebagai pengatur hukum-hukum kosmos. Pemikirannya menjadi dasar ilmu modern sekaligus memberi pengaruh besar pada filsafat ilmu.

Frequently Asked Questions (FAQ)

Apa karya terbesar Isaac Newton?

Karya terbesarnya adalah Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica (1687), yang memuat hukum gerak dan gravitasi universal.

Bagaimana pandangan Newton tentang filsafat?

Ia melihat filsafat sebagai penyelidikan hukum alam berdasarkan observasi dan induksi, bukan spekulasi metafisis.

Apakah Newton religius?

Ya, Newton memandang hukum-hukum alam sebagai bukti keteraturan ciptaan Tuhan.

Referensi

  • Newton, I. (1687). Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica. London: Royal Society.
  • Newton, I. (1704). Opticks. London: Samuel Smith and Benjamin Walford.
  • Cohen, I. B. (1999). The Cambridge Companion to Newton. Cambridge: Cambridge University Press.
  • Westfall, R. S. (1980). Never at Rest: A Biography of Isaac Newton. Cambridge: Cambridge University Press.
  • Dobbs, B. J. T. (1991). The Janus Faces of Genius: The Role of Alchemy in Newton’s Thought. Cambridge: Cambridge University Press.
  • Snobelen, S. (2001). “Isaac Newton, Heretic: The Strategies of a Nicodemite.” The British Journal for the History of Science, 32(4), 381–419.
Tags: Filsafat Cahaya dan Warnafilsafat ilmuFilsafat Teologi dan Kosmologifilsuf InggrisIsaac NewtonOpticksPhilosophiæ Naturalis Principia MathematicaPrinsip-Prinsip Matematika Filsafat Alam
Raymond Kelvin Nando

Raymond Kelvin Nando

Akademisi dari Universitas Tanjungpura (UNTAN) di Kota Pontianak, Indonesia.

  • Tentang Saya
  • Contact
  • Privacy Policy

© 2025 Raymond Kelvin Nando — All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Tentang Saya
  • Resources
    • Ebooks
    • Essays
  • Ensiklopedia
    • Ensiklopedia Filsuf
    • Ensiklopedia Ideologi
    • Ensiklopedia Fallacy
    • Ensiklopedia Teologi & Kepercayaan

© 2025 Raymond Kelvin Nando — All Rights Reserved