Raymond Kelvin Nando, Pontianak — Isaac Israeli adalah seorang filsuf Yahudi dan dokter dari Kairouan, Afrika Utara, yang hidup pada abad ke-9 dan 10. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh penting filsafat Yahudi awal yang berusaha menggabungkan tradisi Neoplatonisme dengan ajaran-ajaran keagamaan. Karya-karyanya berpengaruh luas, baik dalam filsafat Islam, filsafat Yahudi, maupun dalam tradisi skolastik Latin di Eropa abad pertengahan.
Daftar Isi
Biografi Isaac Israeli
Isaac Israeli lahir sekitar tahun 832 M di Mesir. Ia kemudian pindah ke Kairouan (kini Tunisia), yang saat itu menjadi pusat intelektual penting dunia Islam. Di sana, ia menekuni bidang kedokteran, filsafat, dan ilmu pengetahuan alam.
Karier medisnya cukup cemerlang; ia diangkat sebagai tabib istana Dinasti Aghlabid, kemudian melayani penguasa Fatimiyah, al-Mahdi. Namun, selain sebagai dokter, Isaac Israeli juga mendalami filsafat, terutama tradisi Yunani yang diteruskan melalui terjemahan Arab.
Dalam filsafat, ia banyak dipengaruhi oleh Plato, Aristoteles, dan terutama Plotinus, sehingga karyanya sering dikategorikan dalam tradisi Neoplatonisme. Meskipun demikian, ia berusaha menafsirkan filsafat tersebut agar sesuai dengan ajaran monoteisme Yahudi.
Karya-karyanya antara lain Kitab al-Hudud wal-Rusum (Buku Definisi), Kitab al-Jawahir (Buku Substansi), serta Kitab al-Ruh wa al-Nafs (Buku Jiwa dan Roh). Tulisan-tulisan ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12 dan menjadi bahan rujukan di universitas-universitas Eropa.
Isaac Israeli wafat sekitar tahun 932 M di Kairouan. Warisannya menjadikannya sebagai filsuf Yahudi pertama yang sistematis dan penghubung antara filsafat Yunani, Islam, dan Yahudi.
Konsep-Konsep Utama
Emanation Pancaran Kosmik
Isaac Israeli menulis dalam Kitab al-Hudud wal-Rusum:
“كل ما في العالم صادر عن الأول صدور النور عن الشمس” — “Segala sesuatu di dunia memancar dari Yang Pertama, sebagaimana cahaya memancar dari matahari.” (Book of Definitions, 9th c., hlm. 45)
Konsep emanasi dalam filsafat Israeli dipengaruhi Neoplatonisme. Ia berpendapat bahwa Tuhan sebagai First Cause (Sebab Pertama) adalah sumber segala keberadaan. Dari Tuhan memancar intelek pertama, kemudian jiwa universal, hingga materi.
Namun berbeda dari Plotinus, Israeli menekankan bahwa emanasi ini tidak mengurangi keesaan Tuhan. Tuhan tetap transenden dan sempurna, sementara emanasi adalah cara untuk menjelaskan bagaimana dunia tercipta tanpa meniadakan kesatuan ilahi.
Definitiones Definisi Filosofis
Dalam Book of Definitions, Isaac Israeli berusaha merumuskan istilah-istilah dasar filsafat secara sistematis.
Ia mendefinisikan filsafat sebagai:
“Philosophia est cognitio propriae hominis perfectionis” — “Filsafat adalah pengetahuan tentang kesempurnaan manusia sendiri.” (Liber Definitionum, 12th c. Latin trans., hlm. 12)
Dengan definisi ini, Israeli menekankan fungsi filsafat sebagai jalan menuju kebajikan dan kebahagiaan. Pengetahuan bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk menyempurnakan jiwa manusia agar lebih dekat dengan kebenaran ilahi.
Dalam Konteks Lain
Filsafat Jiwa
Isaac Israeli mengajarkan bahwa jiwa manusia memiliki asal dari jiwa universal dan terikat dengan tubuh materi. Tujuan filsafat adalah membebaskan jiwa dari keterikatan materi sehingga ia dapat kembali kepada sumbernya yang ilahi.
Dalam Kitab al-Ruh wa al-Nafs, ia menulis:
“النفس تسعى إلى العودة إلى أصلها، متحررة من قيد الجسد” — “Jiwa berusaha kembali kepada asalnya, terbebas dari belenggu tubuh.” (Book of Spirit and Soul, 10th c., hlm. 89)
Konsep ini menekankan spiritualitas dan etika, sekaligus memperlihatkan kedekatannya dengan ajaran Plato tentang keabadian jiwa.
Filsafat Agama dan Teologi
Israeli berusaha menyelaraskan filsafat Yunani dengan keimanan Yahudi. Ia mengajarkan bahwa wahyu dan filsafat tidak bertentangan, melainkan saling melengkapi. Wahyu memberikan kebenaran yang langsung dari Tuhan, sementara filsafat membantu manusia memahami dunia secara rasional.
Dengan pendekatan ini, ia membuka jalan bagi filsafat Yahudi abad pertengahan, yang kelak dilanjutkan oleh tokoh-tokoh seperti Saadia Gaon, Ibn Gabirol, dan Maimonides.
Kesimpulan
Isaac Israeli menegaskan bahwa filsafat adalah jalan menuju kesempurnaan jiwa, dan dunia tercipta melalui proses emanasi dari Tuhan Yang Esa. Sebagai penghubung antara tradisi Yunani, Islam, dan Yahudi, ia memainkan peran penting dalam sejarah filsafat. Pemikirannya membentuk dasar filsafat Yahudi abad pertengahan dan meninggalkan pengaruh besar dalam tradisi skolastik Eropa.
Frequently Asked Questions (FAQ)
Mengapa Isaac Israeli penting dalam sejarah filsafat?
Karena ia adalah filsuf Yahudi pertama yang menyusun sistem filsafat dengan pengaruh Neoplatonisme dan membawanya ke dalam tradisi keagamaan.
Apa konsep utama filsafat Isaac Israeli?
Konsep emanasi kosmik, definisi filosofis, serta pandangan tentang jiwa dan kesempurnaan manusia.
Bagaimana pengaruhnya terhadap filsafat Barat?
Melalui terjemahan Latin, karya-karyanya menjadi sumber penting bagi filsafat skolastik abad pertengahan di Eropa.
Referensi
- Altmann, A., & Stern, S. M. (1958). Isaac Israeli: A Neoplatonic Philosopher of the Early Tenth Century. Oxford: Oxford University Press.
- Harvey, S. (2000). “Philosophy in the Islamic World: Isaac Israeli.” In The Cambridge Companion to Medieval Jewish Philosophy. Cambridge: Cambridge University Press.
- Ivry, A. L. (1974). Isḥaq Israeli: Philosopher and Physician. Tel Aviv: Tel Aviv University Press.
- Sirat, C. (1985). A History of Jewish Philosophy in the Middle Ages. Cambridge: Cambridge University Press.
- Wolfson, H. A. (1973). Studies in the History of Philosophy and Religion. Harvard University Press.
- Stroumsa, S. (1990). Freethinkers of Medieval Islam: Ibn al-Rawandi, Abu Bakr al-Razi, and Their Impact on Islamic Thought. Leiden: Brill.