Raymond Kelvin Nando
  • Beranda
  • Tentang Saya
  • Resources
    • Ebooks
    • Essays
  • Ensiklopedia
    • Ensiklopedia Filsuf
    • Ensiklopedia Ideologi
    • Ensiklopedia Fallacy
    • Ensiklopedia Teologi & Kepercayaan
No Result
View All Result
Raymond Kelvin Nando
  • Beranda
  • Tentang Saya
  • Resources
    • Ebooks
    • Essays
  • Ensiklopedia
    • Ensiklopedia Filsuf
    • Ensiklopedia Ideologi
    • Ensiklopedia Fallacy
    • Ensiklopedia Teologi & Kepercayaan
No Result
View All Result
Raymond Kelvin Nando
No Result
View All Result
Home Filsuf

Herbert Marcuse

Raymond Kelvin Nando by Raymond Kelvin Nando
September 22, 2025
in Filsuf
Reading Time: 17 mins read
0

Raymond Kelvin Nando, Pontianak — Herbert Marcuse adalah filsuf Jerman-Amerika yang dikenal sebagai anggota terkemuka Frankfurt School dan pemikir kritis terhadap kapitalisme modern, teknologi, serta bentuk-bentuk represi dalam masyarakat industri. Ia memberikan kontribusi besar dalam filsafat sosial, teori kritis, dan pemikiran politik abad ke-20.

Daftar Isi

  • Biografi Herbert Marcuse
    • Artikel Terkait
    • John Locke
    • John Dewey
    • Johann Gottfried Herder
  • Konsep-Konsep Utama
    • One-Dimensional Man (Manusia Satu Dimensi)
    • Repressive Tolerance (Toleransi Represif)
    • Eros and Civilization (Eros dan Peradaban)
  • Dalam Konteks Lain
    • Filsafat Politik dan Sosial
    • Filsafat Estetika dan Seni
  • Kesimpulan
  • Frequently Asked Questions (FAQ)
    • Apa kontribusi utama Herbert Marcuse dalam filsafat?
    • Mengapa Marcuse berpengaruh pada gerakan mahasiswa 1960-an?
    • Bagaimana hubungan Marcuse dengan Freud?
  • Referensi

Biografi Herbert Marcuse

Herbert Marcuse lahir pada 19 Juli 1898 di Berlin, Jerman, dari keluarga Yahudi kelas menengah. Masa kecilnya diwarnai dengan pendidikan humaniora yang kuat, dan ia sempat bertugas dalam militer Jerman selama Perang Dunia I. Namun, pengalaman perang membuatnya kecewa dengan nasionalisme dan struktur politik otoritarian.

Setelah perang, ia menempuh pendidikan di Universitas Freiburg, di mana ia belajar filsafat dengan Edmund Husserl dan Martin Heidegger. Pengaruh fenomenologi dan eksistensialisme membentuk fondasi pemikiran awalnya, meskipun kelak ia lebih dekat pada tradisi teori kritis.

Pada 1930-an, Marcuse bergabung dengan Institut für Sozialforschung di Frankfurt, yang kelak dikenal sebagai Frankfurt School. Ia bekerja bersama tokoh-tokoh seperti Max Horkheimer, Theodor Adorno, dan Erich Fromm. Akibat kebangkitan Nazi, ia bermigrasi ke Amerika Serikat pada 1934, melanjutkan karya intelektualnya di universitas-universitas terkemuka.

Selama Perang Dunia II, Marcuse bekerja untuk lembaga pemerintah AS, termasuk Kantor Layanan Strategis (OSS), dalam analisis politik dan propaganda. Setelah perang, ia kembali ke dunia akademik dan menjadi profesor di Brandeis University serta University of California, San Diego.

Artikel Terkait

John Locke

John Dewey

Johann Gottfried Herder

Marcuse semakin dikenal luas pada 1960-an karena karya-karyanya yang menginspirasi gerakan mahasiswa, gerakan anti-perang, dan kritik terhadap kapitalisme serta budaya konsumerisme. Ia meninggal pada 29 Juli 1979 di Starnberg, Jerman, meninggalkan warisan besar dalam filsafat sosial kritis.

Konsep-Konsep Utama

One-Dimensional Man (Manusia Satu Dimensi)

Marcuse mengatakan dalam One-Dimensional Man (1964):

“The people recognize themselves in their commodities; they find their soul in their automobile, hi-fi set, split-level home, kitchen equipment.” (One-Dimensional Man, 1964, hlm. 9)

Konsep manusia satu dimensi mengkritik masyarakat industri modern yang menundukkan individu pada logika konsumsi dan kebutuhan buatan. Menurut Marcuse, kapitalisme menciptakan ilusi kebebasan melalui kemakmuran material, padahal manusia sebenarnya mengalami represi dalam bentuk halus.

Manusia modern kehilangan dimensi kritisnya karena terbiasa dengan kenyamanan yang ditawarkan sistem, sehingga tidak mampu membayangkan alternatif sosial-politik lain. Kritik ini menegaskan bahaya konformitas dan dominasi teknologi dalam membatasi kebebasan sejati.

Repressive Tolerance (Toleransi Represif)

Dalam esainya Repressive Tolerance (1965), Marcuse menulis:

“Tolerance is extended to policies, conditions, and modes of behavior which should not be tolerated because they are impeding liberation.” (Repressive Tolerance, 1965, hlm. 109)

Marcuse mengkritik gagasan toleransi liberal yang dianggap netral, tetapi justru memperkuat status quo. Toleransi menjadi represif ketika memberi ruang bagi ide dan kebijakan yang melanggengkan dominasi dan ketidakadilan.

Bagi Marcuse, toleransi sejati seharusnya berpihak pada emansipasi, pembebasan, dan perubahan sosial, bukan pada konservasi tatanan opresif. Konsep ini menjadi salah satu fondasi teori kritis terhadap demokrasi liberal modern.

Eros and Civilization (Eros dan Peradaban)

Marcuse dalam Eros and Civilization (1955) menyatakan:

“A free society would be the realization of the pleasure principle.” (Eros and Civilization, 1955, hlm. 222)

Terinspirasi oleh Freud, Marcuse menafsirkan eros (naluri kehidupan) sebagai kekuatan yang berpotensi membebaskan masyarakat dari represi. Dalam masyarakat industri, naluri manusia ditekan untuk menjaga produktivitas, sehingga kebahagiaan dan kreativitas dikorbankan demi efisiensi.

Marcuse membayangkan kemungkinan peradaban alternatif di mana eros memperoleh ruang ekspresi, sehingga manusia bisa hidup lebih otentik, kreatif, dan bebas dari dominasi struktur ekonomi.

Dalam Konteks Lain

Filsafat Politik dan Sosial

Marcuse menekankan hubungan erat antara kritik budaya dan transformasi sosial.

Ia menyatakan dalam One-Dimensional Man:

“Freedom is liberation not only from the established external authorities but also from the authority of prevailing needs and satisfactions.” (One-Dimensional Man, 1964, hlm. 4)

Kebebasan sejati menurut Marcuse bukan hanya melawan otoritas politik, melainkan juga membebaskan diri dari kebutuhan palsu yang diciptakan kapitalisme. Filsafat politik Marcuse mengajak manusia untuk berpikir melampaui sistem yang ada, menuju masyarakat yang lebih adil.

Filsafat Estetika dan Seni

Marcuse melihat seni sebagai sarana emansipasi.

Ia menulis dalam The Aesthetic Dimension (1978):

“Art breaks open a dimension inaccessible to other experience, a dimension in which human beings, nature, and things no longer stand under the law of the established reality principle.” (The Aesthetic Dimension, 1978, hlm. 72)

Seni memungkinkan manusia mengalami realitas alternatif, bebas dari represi sosial dan ekonomi. Estetika bagi Marcuse adalah ruang resistensi, di mana individu dapat membayangkan bentuk kehidupan baru.

Kesimpulan

Herbert Marcuse menegaskan bahwa kritik terhadap masyarakat industri, konsep manusia satu dimensi, toleransi represif, serta potensi emansipasi melalui eros dan seni merupakan inti dari filsafatnya. Sebagai anggota Frankfurt School, ia memperluas teori kritis dengan menghubungkan filsafat, politik, dan budaya, sekaligus menginspirasi gerakan sosial global.

Frequently Asked Questions (FAQ)

Apa kontribusi utama Herbert Marcuse dalam filsafat?

Marcuse mengembangkan kritik terhadap kapitalisme modern melalui konsep manusia satu dimensi, toleransi represif, dan emansipasi melalui eros.

Mengapa Marcuse berpengaruh pada gerakan mahasiswa 1960-an?

Karena tulisannya menawarkan kritik tajam terhadap kapitalisme dan menunjukkan kemungkinan perubahan radikal menuju masyarakat yang lebih bebas.

Bagaimana hubungan Marcuse dengan Freud?

Marcuse menggabungkan teori Freud dengan kritik sosial, menekankan bahwa represi naluri manusia dalam masyarakat industri dapat diatasi melalui kebebasan dan kreativitas.

Referensi

  • Marcuse, H. (1955). Eros and Civilization. Boston: Beacon Press.
  • Marcuse, H. (1964). One-Dimensional Man. Boston: Beacon Press.
  • Marcuse, H. (1965). Repressive Tolerance. Boston: Beacon Press.
  • Marcuse, H. (1978). The Aesthetic Dimension. Boston: Beacon Press.
  • Kellner, D. (1984). Herbert Marcuse and the Crisis of Marxism. Berkeley: University of California Press.
  • Jay, M. (1973). The Dialectical Imagination: A History of the Frankfurt School and the Institute of Social Research. Boston: Little, Brown.
Tags: Eros and CivilizationEros dan PeradabanFilsafat Estetika dan SeniFilsafat Politik dan Sosialfilsuf Jerman-AmerikaHerbert MarcuseManusia Satu DimensiOne-Dimensional ManRepressive ToleranceToleransi Represif
Raymond Kelvin Nando

Raymond Kelvin Nando

Akademisi dari Universitas Tanjungpura (UNTAN) di Kota Pontianak, Indonesia.

  • Tentang Saya
  • Contact
  • Privacy Policy

© 2025 Raymond Kelvin Nando — All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Tentang Saya
  • Resources
    • Ebooks
    • Essays
  • Ensiklopedia
    • Ensiklopedia Filsuf
    • Ensiklopedia Ideologi
    • Ensiklopedia Fallacy
    • Ensiklopedia Teologi & Kepercayaan

© 2025 Raymond Kelvin Nando — All Rights Reserved