Raymond Kelvin Nando, Pontianak — Francis Bacon adalah filsuf Inggris abad ke-16 dan 17 yang dikenal sebagai bapak empirisme modern serta perintis metode ilmiah berbasis induksi. Ia berusaha mereformasi cara berpikir filosofis dengan menekankan observasi, eksperimen, dan penalaran induktif untuk menggantikan spekulasi metafisik skolastik.
Daftar Isi
Biografi Francis Bacon
Francis Bacon lahir pada tahun 1561 di London dari keluarga bangsawan. Ayahnya adalah Sir Nicholas Bacon, Lord Keeper of the Great Seal, sedangkan ibunya adalah Anne Cooke Bacon, seorang perempuan terpelajar yang menguasai bahasa Latin dan Yunani. Lingkungan keluarga yang intelektual membuat Bacon terbiasa dengan dunia filsafat dan politik sejak muda.
Pada usia 12 tahun, Bacon memasuki Trinity College, Cambridge, di mana ia segera merasa tidak puas dengan sistem pendidikan yang terlalu berfokus pada logika Aristotelian. Ia kemudian melanjutkan ke Gray’s Inn untuk mempelajari hukum, yang membuka jalan baginya menuju karier politik dan hukum di Inggris.
Karier politik Bacon cukup cemerlang. Ia menjadi anggota parlemen, penasihat kerajaan, dan akhirnya diangkat sebagai Lord Chancellor pada 1618. Namun perjalanan politiknya ternoda oleh skandal suap, yang membuatnya dijatuhi hukuman dan dipaksa mundur dari jabatan publik.
Setelah kejatuhan politiknya, Bacon mengabdikan diri sepenuhnya pada filsafat dan ilmu pengetahuan. Karya monumentalnya antara lain Novum Organum (1620), The Advancement of Learning (1605), dan New Atlantis (1627).
Francis Bacon wafat pada tahun 1626 karena pneumonia, yang konon ia dapatkan setelah melakukan eksperimen membekukan daging dengan salju. Meskipun akhir hidupnya tragis, warisannya tetap abadi sebagai salah satu arsitek filsafat ilmu modern.
Konsep-Konsep Utama
Empirisme dan Induksi
Bacon menekankan bahwa pengetahuan sejati harus berakar pada pengalaman inderawi. Ia menolak deduksi skolastik yang terlalu spekulatif dan menggantinya dengan induksi, yaitu penarikan kesimpulan umum dari observasi konkret.
Bacon menulis:
“Man, being the servant and interpreter of Nature, can do and understand so much and so much only as he has observed in fact or in thought of the course of nature.” (Novum Organum, 1620, I, Aphorism 1)
Bacon menjelaskan bahwa manusia hanya dapat memahami alam sejauh ia mengamatinya secara langsung. Dengan demikian, ilmu pengetahuan adalah hasil observasi dan pengalaman, bukan abstraksi metafisik.
Idola (Idola Mentis)
Dalam Novum Organum, Bacon mengidentifikasi empat hambatan yang ia sebut sebagai idola atau berhala pikiran: Idola Tribus, Idola Specus, Idola Fori, dan Idola Theatri. Hambatan ini menyesatkan pemikiran manusia dalam memahami realitas.
Bacon menulis:
“The idols and false notions which are now in possession of the human understanding, and have taken deep root therein, not only so beset men’s minds that truth can hardly find entrance, but even after entrance is obtained, they will again in the very instauration of the sciences meet and trouble us, unless men being forewarned of the danger fortify themselves as far as may be against their assaults.” (Novum Organum, 1620, I, Aphorism 38)
Bacon menjelaskan bahwa pikiran manusia dipenuhi oleh bias dan ilusi yang harus dikenali serta diatasi agar pencarian kebenaran tidak tergelincir.
Reformasi Ilmu Pengetahuan
Bacon menyerukan reformasi radikal terhadap ilmu pengetahuan. Ia menolak tradisi skolastik yang hanya mengulang otoritas kuno dan mengajak ilmuwan untuk membangun pengetahuan baru melalui metode eksperimental.
Bacon menulis:
“There remains but one course for the recovery of a sound and healthy condition — namely, that the entire work of the understanding be commenced afresh, and the mind itself be from the very outset not left to take its own course, but guided at every step.” (Novum Organum, 1620, I, Aphorism 31)
Bacon menjelaskan bahwa akal manusia harus diarahkan dengan metode baru yang ketat, bukan dibiarkan terjebak dalam kebiasaan lama.
Instauratio Magna
Proyek besar Bacon yang disebut Instauratio Magna (Pemulihan Besar) bertujuan menyusun kembali seluruh cabang pengetahuan dengan fondasi empiris. Ia percaya bahwa dengan metode ilmiah, umat manusia dapat menguasai alam untuk meningkatkan kesejahteraan.
Bacon menulis:
“The end of our foundation is the knowledge of causes, and secret motions of things; and the enlarging of the bounds of human empire, to the effecting of all things possible.” (New Atlantis, 1627)
Bacon menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan sejati memiliki tujuan praktis, yakni memperluas kekuasaan manusia atas alam demi kemajuan hidup.
Kritik terhadap Deduksi Aristotelian
Bacon menolak logika deduktif Aristotelian sebagai metode utama ilmu pengetahuan. Menurutnya, logika hanya mengorganisasi pengetahuan lama, tetapi tidak menghasilkan penemuan baru.
Bacon menulis:
“The syllogism consists of propositions, propositions consist of words, and words are markers of notions. Now if the very notions themselves which are the basis of all are confused and carelessly abstracted from things, there is no soundness in whatever is built on them.” (Novum Organum, 1620, I, Aphorism 14)
Bacon menjelaskan bahwa silogisme tidak membawa kemajuan ilmiah jika konsep dasarnya kabur dan tidak berakar pada pengalaman nyata.
Sains untuk Kepentingan Manusia
Bagi Bacon, tujuan akhir ilmu adalah memberikan manfaat bagi kehidupan manusia, bukan hanya pengetahuan demi pengetahuan. Ilmu harus terarah pada penguasaan alam dan pemecahan masalah praktis.
Bacon menulis:
“Knowledge itself is power.” (Meditationes Sacrae, 1597)
Bacon menjelaskan bahwa pengetahuan memiliki nilai instrumental; ia adalah kekuatan untuk mengubah dunia, bukan sekadar teori.
New Atlantis dan Ilmu sebagai Utopia
Dalam karya utopis New Atlantis, Bacon menggambarkan sebuah masyarakat ideal di mana ilmu pengetahuan diorganisasi secara sistematis dalam institusi riset. Ia menekankan peran kolektif dalam pengembangan pengetahuan.
Bacon menulis:
“We have also houses of deceits of the senses, where we represent all manner of feats of juggling, false apparitions, impostures and illusions, and their fallacies.” (New Atlantis, 1627)
Bacon menjelaskan bahwa masyarakat ideal adalah masyarakat yang menginstitusikan riset ilmiah, menguji pengalaman, dan membedakan ilusi dari realitas.
Dalam Konteks Lain
Hubungan dengan Aristoteles
Bacon mengkritik metode deduktif Aristoteles tetapi tetap mewarisi semangat penyelidikan sistematis. Jika Aristoteles menyusun klasifikasi pengetahuan, Bacon memperbaruinya dengan dasar empiris.
Hubungan dengan Descartes
René Descartes menulis:
“Je pense, donc je suis.” (Discours de la méthode, 1637)
Descartes menjelaskan dasar filsafat pada kepastian rasional, sedangkan Bacon menekankan pengalaman empiris sebagai titik mula ilmu pengetahuan. Keduanya sama-sama ingin mereformasi ilmu, tetapi dengan metode berbeda.
Pengaruh terhadap Ilmu Modern
Metode Bacon menjadi dasar bagi perkembangan sains modern, terutama dalam tradisi eksperimental Inggris. Ia mengilhami Royal Society dan tradisi riset empiris di Eropa.
Isaac Newton menulis:
“Hypotheses non fingo.” (Principia Mathematica, 1687)
Newton menjelaskan bahwa ia tidak membuat hipotesis spekulatif, melainkan berpegang pada observasi dan eksperimen — semangat yang sejalan dengan warisan Bacon.
Relevansi Kontemporer
Pemikiran Bacon tetap relevan dalam diskursus epistemologi kontemporer, terutama dalam perdebatan tentang induksi, metodologi sains, dan hubungan antara pengetahuan serta kekuasaan.
Karl Popper menulis:
“Science does not rest upon solid bedrock. The bold structure of its theories rises, as it were, above a swamp.” (The Logic of Scientific Discovery, 1934)
Popper menjelaskan keterbatasan induksi, tetapi pengaruh Bacon tetap terasa dalam perdebatan tentang bagaimana sains berkembang melalui uji empiris.
Kesimpulan
Francis Bacon adalah perintis empirisme modern yang merumuskan metode induktif sebagai fondasi ilmu pengetahuan. Melalui kritiknya terhadap idola, deduksi Aristotelian, dan skolastisisme, ia mengarahkan filsafat ke arah observasi dan eksperimen. Dengan Novum Organum dan New Atlantis, ia bukan hanya meletakkan dasar epistemologi empiris, tetapi juga menegaskan tujuan praktis ilmu bagi kesejahteraan manusia.
Frequently Asked Questions (FAQ)
Apa kontribusi utama Francis Bacon dalam filsafat?
Ia memperkenalkan metode induktif dan menekankan empirisme sebagai dasar pengetahuan.
Apa karya terpenting Bacon?
Novum Organum (1620) sebagai fondasi metode ilmiah modern.
Apa yang dimaksud dengan idola dalam pemikiran Bacon?
Hambatan-hambatan pikiran manusia yang menyesatkan pencarian pengetahuan, seperti bias sosial, bahasa, dan kebiasaan.
Referensi
- Bacon, F. (1597). Meditationes Sacrae. London: Richard Field.
- Bacon, F. (1605). The Advancement of Learning. London: Henrie Tomes.
- Bacon, F. (1620). Novum Organum. London: John Bill.
- Bacon, F. (1627). New Atlantis. London: William Rawley.
- Descartes, R. (1637). Discours de la méthode. Leiden: Jan Maire.
- Newton, I. (1687). Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica. London: Royal Society.
- Popper, K. (1934). The Logic of Scientific Discovery. Vienna: Springer.