Raymond Kelvin Nando, Pontianak — Buku Musyawarah Burung (Mantiq al-Tayr) karya Faridu’din Attar merupakan salah satu mahakarya besar dalam tradisi sastra sufi Persia. Ditulis pada abad ke-12, karya ini tidak hanya dianggap sebagai puisi alegoris yang indah, tetapi juga sebagai teks spiritual yang penuh hikmah tentang perjalanan jiwa menuju Tuhan. Attar, seorang penyair dan mistikus ternama, menggunakan kisah burung-burung sebagai simbol untuk menggambarkan pencarian manusia akan kebenaran hakiki.
Dalam Musyawarah Burung, sekelompok burung dari seluruh penjuru dunia berkumpul untuk mencari raja mereka, burung legendaris bernama Simurgh. Mereka menyadari bahwa tanpa pemimpin, hidup mereka tidak memiliki arah dan makna. Dipimpin oleh burung hud-hud, mereka memulai perjalanan panjang melewati tujuh lembah yang penuh tantangan: Lembah Pencarian, Lembah Cinta, Lembah Pengetahuan, Lembah Pelepasan, Lembah Kesatuan, Lembah Kekaguman, dan Lembah Kemiskinan dan Fana.
Setiap lembah menggambarkan tahap spiritual yang harus dilalui seorang pencari dalam perjalanan menuju Tuhan. Misalnya, di Lembah Cinta, akal manusia harus dilepaskan demi menyerahkan diri sepenuhnya kepada cinta Ilahi. Di Lembah Pengetahuan, segala kesombongan intelektual harus dikalahkan demi kerendahan hati. Perjalanan ini penuh rintangan, godaan, dan ujian yang menggambarkan kesulitan yang dihadapi oleh setiap jiwa yang mencari kesempurnaan.
Namun, hanya sebagian kecil burung yang berhasil mencapai akhir perjalanan. Dari ribuan burung yang memulai, hanya tiga puluh yang sampai di hadapan Simurgh. Di sinilah Attar menyampaikan pesan paling mendalam dari karyanya: ternyata Simurgh tidak lain adalah cermin dari diri mereka sendiri. Simbol ini mengandung makna bahwa Tuhan tidak ditemukan di luar diri, melainkan melalui pencerahan batin dan penyatuan dengan esensi sejati manusia. Kata “Simurgh” dalam bahasa Persia bahkan memiliki permainan kata dengan “si murgh” yang berarti “tiga puluh burung,” sehingga memperkuat pesan alegoris ini.
Musyawarah Burung bukan sekadar karya sastra, tetapi juga panduan spiritual. Melalui alegori burung, Attar mengajarkan bahwa jalan menuju Tuhan penuh dengan pengorbanan, keberanian, dan kerendahan hati. Setiap burung melambangkan sifat manusia: ada yang takut, ada yang rakus, ada yang terlalu terikat pada dunia, dan ada yang penuh keraguan. Dengan demikian, kisah ini juga menjadi cermin bagi pembaca untuk merenungkan kelemahan-kelemahan diri sendiri.
Pengaruh karya ini sangat luas, tidak hanya di dunia Islam tetapi juga di Barat. Banyak filsuf, penyair, dan penulis modern terinspirasi oleh kedalaman simbolisme Attar. Karya ini dianggap sebagai salah satu tonggak sastra dunia yang menegaskan universalitas pencarian spiritual manusia.
Secara keseluruhan, Musyawarah Burung adalah teks klasik yang memadukan keindahan bahasa puisi dengan kedalaman filsafat mistik. Bagi siapa saja yang tertarik pada sufisme, sastra spiritual, atau pencarian eksistensial, karya ini adalah bacaan yang tak ternilai. Ia mengajarkan bahwa pencarian Tuhan bukanlah perjalanan yang mudah, tetapi hasil akhirnya membawa manusia kepada pengetahuan tertinggi: bahwa Tuhan hadir di dalam diri setiap makhluk.
Musyawarah Burung — Download PDF
Download Koleksi Ebooks Lainnya disini