Raymond Kelvin Nando — Anarko-sindikalisme merupakan salah satu bentuk paling praksis dari anarkisme sosial, yang menempatkan kelas pekerja sebagai pusat perubahan sosial dan penolakan terhadap sistem kapitalisme serta negara. Ideologi ini tidak sekadar teori politik, tetapi juga strategi perjuangan kolektif yang menekankan aksi langsung, solidaritas, dan pengorganisasian buruh secara mandiri. Dalam anarko-sindikalisme, kebebasan tidak dapat dipisahkan dari tanggung jawab kolektif; ia bukan hanya cita-cita moral, melainkan struktur hidup yang dibangun dari bawah oleh tangan para pekerja sendiri.
Daftar Isi
Pengertian Anarko-Sindikalisme
Anarko-sindikalisme adalah paham yang menggabungkan prinsip-prinsip anarkisme dengan gerakan serikat pekerja (syndicate) sebagai alat perjuangan sosial dan ekonomi. Tujuan utamanya bukan sekadar memperbaiki kondisi kerja, tetapi menghancurkan sistem kapitalisme dan menggantinya dengan masyarakat tanpa kelas, yang dikelola langsung oleh kaum pekerja melalui dewan-dewan buruh.
Dalam kerangka ini, serikat pekerja berperan ganda: sebagai alat perlawanan terhadap kapitalisme di masa kini dan sebagai embrio masyarakat baru di masa depan. Anarko-sindikalisme percaya bahwa pembebasan tidak dapat diberikan oleh negara atau partai politik, tetapi hanya dapat diwujudkan oleh pekerja itu sendiri melalui pengorganisasian mandiri dan solidaritas lintas sektor.
Gerakan ini muncul pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, terutama di Eropa Barat dan Amerika Latin, ketika buruh mulai menyadari bahwa partai politik sosialis sering kali berubah menjadi kekuatan birokratis baru yang menggantikan kapitalisme, bukan menghapusnya.
Tokoh Anarko-Sindikalisme
Rudolf Rocker menjadi salah satu teoretikus paling berpengaruh dalam tradisi ini. Dalam karyanya Anarcho-Syndicalism: Theory and Practice (1938), Rocker menegaskan bahwa kebebasan politik tidak berarti apa-apa tanpa kebebasan ekonomi. Ia melihat bahwa negara dan kapitalisme adalah dua sistem yang saling menopang dalam mempertahankan eksploitasi tenaga kerja.
Fernand Pelloutier, aktivis buruh Prancis, mengembangkan ide bahwa serikat pekerja bukan sekadar alat ekonomi, melainkan “sekolah moral” bagi pekerja. Di sana, buruh belajar nilai solidaritas, tanggung jawab sosial, dan kemampuan mengatur diri tanpa otoritas eksternal.
Di Spanyol, Buenaventura Durruti menjadi simbol perwujudan anarko-sindikalisme dalam praktik melalui Confederación Nacional del Trabajo (CNT). Selama Revolusi Spanyol (1936–1939), CNT membuktikan bahwa prinsip-prinsip anarkis dapat diterapkan dalam skala besar melalui kolektivisasi industri dan pertanian tanpa memerlukan kontrol negara.
Prinsip dan Gagasan Utama Anarko-Sindikalisme
Demokrasi Pekerja dan Otonomi Kolektif
Anarko-sindikalisme berangkat dari keyakinan bahwa hanya pekerja yang memahami sepenuhnya kondisi kerja dan kehidupan mereka sendiri. Karena itu, semua keputusan yang menyangkut ekonomi dan sosial harus diambil secara langsung oleh mereka, bukan oleh elite politik atau birokrat.
Prinsip demokrasi pekerja diwujudkan melalui struktur organisasi federatif di mana setiap serikat atau dewan pekerja bersifat otonom, namun saling berkoordinasi secara horizontal. Dalam sistem ini, tidak ada hierarki permanen; semua jabatan bersifat rotatif dan dapat dicabut kapan pun oleh anggota.
“Kebebasan sejati hanya mungkin di mana keputusan diambil oleh mereka yang terkena dampaknya.”
— Rudolf Rocker, Anarcho-Syndicalism: Theory and Practice, hlm. 47
Otonomi kolektif bukan berarti atomisasi, melainkan kebersamaan yang tumbuh dari kesadaran individu terhadap tanggung jawab sosialnya. Dengan demikian, masyarakat anarko-sindikalis adalah tatanan yang hidup karena partisipasi langsung, bukan karena paksaan hukum.
Tindakan Langsung dan Solidaritas Kelas
Dalam pandangan anarko-sindikalisme, perubahan sosial tidak akan lahir dari perundingan dengan kekuasaan, tetapi dari tindakan langsung (direct action) yang dilakukan oleh kaum pekerja sendiri. Pemogokan umum, sabotase, boikot, dan pendudukan tempat kerja menjadi bentuk konkret perlawanan terhadap sistem kapitalis.
Tindakan langsung memiliki makna moral dan politis yang mendalam: ia menunjukkan bahwa pekerja tidak membutuhkan mediator untuk melawan ketidakadilan. Solidaritas kelas menjadi landasan etis utama di mana setiap pekerja merasa bertanggung jawab atas perjuangan sesamanya.
“Solidaritas adalah senjata kelas pekerja; tanpa solidaritas, revolusi hanyalah mimpi.”
— Fernand Pelloutier, La Vie Ouvrière, hlm. 203
Solidaritas dalam anarko-sindikalisme melampaui batas nasional dan profesi, menolak fragmentasi kelas yang diciptakan oleh kapitalisme. Ia mengajarkan bahwa kekuatan sejati tidak datang dari individu, melainkan dari kesatuan kolektif yang sadar akan tujuannya.
Kritik terhadap Negara dan Kapitalisme
Anarko-sindikalisme memandang negara dan kapitalisme sebagai dua pilar yang menopang sistem dominasi yang sama. Negara mempertahankan kekuasaan politik, sedangkan kapitalisme mempertahankan kekuasaan ekonomi. Dalam sistem ini, pekerja selalu berada pada posisi subordinat, menjadi objek eksploitasi yang harus diarahkan dan dikendalikan.
Berbeda dengan sosialisme negara yang menggantikan kapitalis dengan birokrat, anarko-sindikalisme menghendaki penghapusan total kepemilikan terpusat. Sarana produksi dikelola langsung oleh dewan pekerja melalui prinsip mutual aid dan desentralisasi ekonomi.
“Sosialisme negara menggantikan kapitalis dengan pejabat negara, tetapi bagi pekerja, rantai itu tetap rantai.”
— Buenaventura Durruti, Collected Speeches and Writings, hlm. 89
Dengan demikian, anarko-sindikalisme tidak hanya menolak dominasi ekonomi, tetapi juga segala bentuk otoritarianisme yang mengatasnamakan rakyat.
FAQ
Apakah anarko-sindikalisme sama dengan komunisme?
Tidak. Keduanya sama-sama menolak kapitalisme, tetapi berbeda dalam cara mencapai masyarakat tanpa kelas. Anarko-sindikalisme menolak negara dan partai politik sebagai alat perjuangan, sedangkan komunisme tradisional menggunakan negara sebagai sarana transisi menuju masyarakat baru.
Bagaimana anarko-sindikalisme dapat diterapkan di dunia modern?
Prinsipnya diterapkan melalui organisasi kerja horizontal seperti koperasi, serikat buruh otonom, dan komunitas ekonomi alternatif. Gerakan ini juga memengaruhi aktivisme sosial modern yang menolak hierarki, seperti gerakan lingkungan dan ekonomi solidaritas.
Apakah anarko-sindikalisme masih relevan di abad ke-21?
Masih relevan. Di tengah meningkatnya ketimpangan ekonomi dan otoritarianisme politik, anarko-sindikalisme menawarkan model pengorganisasian masyarakat yang berbasis partisipasi langsung, solidaritas, dan kemandirian pekerja.
Referensi
- Durruti, B. (1972). Collected Speeches and Writings. Madrid: CNT Publications.
- Pelloutier, F. (1900). La Vie Ouvrière. Paris: Librairie Sociale.
- Rocker, R. (1938). Anarcho-Syndicalism: Theory and Practice. London: Freedom Press.
- Woodcock, G. (1962). Anarchism: A History of Libertarian Ideas and Movements. Cleveland: Meridian Books.