Raymond Kelvin Nando, Pontianak — Ibn Sina, yang dikenal di Barat sebagai Avicenna, adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan dokter Muslim Persia dari abad ke-10 hingga ke-11. Ia dianggap sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah filsafat Islam dan kedokteran dunia. Karya-karyanya yang monumental, seperti al-Shifāʾ (Penyembuhan) dan al-Qānūn fī al-Ṭibb (Kanon Kedokteran), menjadikan dirinya sebagai penghubung penting antara filsafat Yunani, pemikiran Islam, dan tradisi skolastik Eropa.
Daftar Isi
Biografi Ibn Sina (Avicenna)
Ibn Sina lahir pada tahun 980 di Afshana, dekat Bukhara, wilayah Persia (kini Uzbekistan). Nama lengkapnya adalah Abū ʿAlī al-Ḥusayn ibn ʿAbd Allāh ibn Sīnā. Ia tumbuh dalam keluarga yang terdidik, ayahnya seorang pegawai pemerintahan dan simpatisan filsafat Ismailiyah.
Sejak kecil, ia menunjukkan kecerdasan luar biasa. Pada usia 10 tahun, ia telah menguasai Al-Qur’an; pada usia remaja, ia menguasai filsafat, logika, dan kedokteran. Pada usia 18 tahun, ia sudah menjadi tabib istana Samaniyah dan dikenal luas karena keahliannya.
Kehidupannya penuh dengan perjalanan politik dan akademik. Ia pernah bekerja di istana Buyid, Hamadan, hingga Isfahan, sambil menulis karya-karya besar yang mencakup filsafat, logika, metafisika, kedokteran, musik, dan ilmu alam.
Ibn Sina wafat pada tahun 1037 di Hamadan pada usia 57 tahun. Meski hidupnya singkat, ia meninggalkan lebih dari 200 karya, di antaranya 40 tentang filsafat dan 40 tentang kedokteran.
Konsep-Konsep Utama
Al-Shifāʾ Penyembuhan
Dalam al-Shifāʾ, Ibn Sina menulis:
“الوجود زائد على الماهية” — “Eksistensi adalah tambahan atas esensi.” (al-Shifāʾ, 1020, Juz I, hlm. 25)
Pernyataan ini adalah dasar dari metafisika Ibn Sina. Menurutnya, esensi (māhiyyah) dan eksistensi (wujūd) adalah dua hal yang berbeda. Hanya pada Tuhan, esensi dan eksistensi identik; sedangkan pada makhluk, eksistensi adalah tambahan yang dianugerahkan oleh Tuhan.
Konsep ini membentuk filsafat wujud yang memengaruhi pemikiran skolastik, terutama Thomas Aquinas, dan menjadi landasan penting dalam metafisika Islam.
Al-Qānūn fī al-Ṭibb Kanon Kedokteran
Dalam al-Qānūn fī al-Ṭibb, Ibn Sina menulis:
“الطب علم يُعرف به أحوال الإنسان من حيث يصح ويزول عنه الصحة” — “Kedokteran adalah ilmu yang dengannya diketahui keadaan manusia, sejauh ia sehat atau kehilangan kesehatan.” (al-Qānūn fī al-Ṭibb, 1025, Buku I, hlm. 12)
Karya ini menjadi ensiklopedia kedokteran yang sistematis, digunakan di universitas-universitas Eropa hingga abad ke-17. Ia membahas anatomi, fisiologi, farmakologi, dan diagnosa penyakit, menegaskan peran observasi empiris dalam ilmu kedokteran.
Dalam Konteks Lain
Filsafat Jiwa
Ibn Sina memberikan argumen terkenal yang disebut al-insān al-ṭāʾir (manusia terbang). Ia menulis:
“لو فرضنا إنساناً خلق دفعة وسُدّت حواسه جميعها لكان مع ذلك يثبت وجود نفسه” — “Andaikan kita bayangkan seorang manusia yang diciptakan seketika dengan seluruh indranya ditutup, ia tetap akan menegaskan keberadaan dirinya.” (al-Shifāʾ, 1020, Juz II, hlm. 78)
Eksperimen pikiran ini menunjukkan bahwa kesadaran diri independen dari tubuh. Jiwa adalah substansi immaterial yang dapat eksis tanpa tubuh, memperkuat pandangan dualisme spiritual.
Filsafat Politik
Dalam filsafat politik, Ibn Sina melanjutkan gagasan al-Fārābī tentang al-madīna al-fāḍila (negara utama). Menurutnya, negara ideal dipimpin oleh seorang filosof-raja atau nabi yang memadukan kebijaksanaan rasional dan wahyu.
Ia menekankan bahwa politik adalah bagian dari filsafat praktis yang bertujuan mencapai kebahagiaan manusia melalui keadilan dan keteraturan sosial.
Kesimpulan
Ibn Sina (Avicenna) adalah filsuf dan ilmuwan besar yang mengembangkan metafisika tentang esensi dan eksistensi, teori jiwa, serta sistem kedokteran yang monumental. Ia merupakan jembatan penting antara filsafat Yunani, tradisi Islam, dan pemikiran skolastik Barat. Pemikirannya menegaskan bahwa filsafat adalah jalan menuju pemahaman kebenaran universal.
Frequently Asked Questions (FAQ)
Apa karya utama Ibn Sina?
Dua karya utamanya adalah al-Shifāʾ (Penyembuhan) dalam filsafat dan al-Qānūn fī al-Ṭibb (Kanon Kedokteran) dalam ilmu medis.
Apa kontribusi Ibn Sina dalam metafisika?
Ia membedakan antara esensi dan eksistensi, dengan hanya Tuhan sebagai entitas yang esensi dan eksistensinya identik.
Bagaimana pengaruh Ibn Sina terhadap Barat?
Karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan menjadi rujukan utama bagi filsafat skolastik, terutama dalam metafisika dan kedokteran.
Referensi
- Ibn Sina. (1952). Al-Shifāʾ. Edited by Ibrahim Madkour. Cairo: Al-Hayʾa al-Miṣriyya.
- Ibn Sina. (1973). Al-Qānūn fī al-Ṭibb. Hyderabad: Osmania Oriental Publications.
- Gutas, D. (2001). Avicenna and the Aristotelian Tradition. Leiden: Brill.
- Nasr, S. H. (2007). Science and Civilization in Islam. Cambridge: Harvard University Press.
- McGinnis, J. (2010). Avicenna. Oxford: Oxford University Press.
- Adamson, P. (2016). Philosophy in the Islamic World. Oxford: Oxford University Press.