Ad Verecundiam

Raymond Kelvin NandoAd Verecundiam atau appeal to authority adalah bentuk sesat pikir yang terjadi ketika seseorang menganggap suatu klaim benar hanya karena dikatakan oleh figur otoritas. Dalam logika, otoritas tidak otomatis menjamin kebenaran, sebab kebenaran ditentukan oleh bukti dan struktur argumen, bukan oleh posisi sosial, gelar akademik, atau reputasi individu. Meski demikian, dalam kehidupan modern, kepercayaan pada otoritas sering tidak terhindarkan. Banyak orang bergantung pada pakar dalam memahami realitas yang kompleks. Namun ketika otoritas dijadikan dasar tunggal sebuah klaim, tanpa kritik atau verifikasi, maka terjadilah kekeliruan ad verecundiam. Di sinilah filsafat dan logika memainkan peran penting untuk mengingatkan bahwa pengetahuan harus dibangun dari justifikasi yang memadai, bukan sekadar rasa hormat atau intimidasi simbolik.

Hakikat Ad Verecundiam dalam Logika

Secara struktural, ad verecundiam muncul ketika argumentasi mengikuti pola: “X benar karena dikatakan oleh otoritas Y.” Pola ini tampak meyakinkan karena manusia cenderung memberi bobot lebih pada pernyataan orang yang dianggap ahli, senior, atau berstatus tinggi. Namun tidak semua otoritas relevan kepada topik yang dibahas. Dokter terkenal belum tentu ahli fisika kuantum; seorang profesor filsafat tidak otomatis ahli biologi. Kekeliruannya terletak pada salah menafsirkan kredibilitas sebagai pembenaran argumen. Dalam epistemologi, kebenaran harus bersumber pada bukti dan koherensi, bukan pada status pribadi.

Orang lain juga membaca :  Ad Hominem

Otoritas yang Legitimate vs Otoritas yang Menyesatkan

Tidak semua otoritas keliru—kita perlu membedakan otoritas legitimate dan otoritas menyesatkan. Otoritas legitimate adalah mereka yang kompeten, memiliki rekam jejak ilmiah, serta memberikan argumen berbasis data. Dalam konteks ini, mengutip otoritas bukanlah sesat pikir selama bukti tetap menjadi pusat. Sebaliknya, ad verecundiam terjadi ketika otoritas digunakan untuk menutup pintu kritik atau mengintimidasi lawan dengan status. Misalnya, pernyataan “Ini pasti benar karena dikatakan tokoh besar X” adalah sesat pikir. Otoritas semacam ini mereduksi penalaran menjadi persoalan hierarki, bukan argumentasi rasional.

Ad Verecundiam dalam Politik dan Media

Dalam politik modern, appeal to authority sangat lazim. Figur populer digunakan untuk melegitimasi kebijakan tanpa proses deliberatif. Media pun sering mengutip tokoh terkenal meski pendapatnya tidak relevan dengan isu yang dibahas. Pada skala luas, masyarakat dipaksa menerima opini tertentu karena dibungkus oleh simbol otoritas: selebritas, pemuka agama, akademisi tertentu, atau pejabat publik. Dalam kondisi ini, otoritas berubah menjadi instrumen kekuasaan epistemik yang mengarahkan opini publik bukan melalui logika, tetapi melalui kredibilitas simbolis.

Dimensi Psikologis Kekeliruan Ad Verecundiam

Secara psikologis, manusia memiliki cognitive heuristic berupa kecenderungan mempercayai figur yang dianggap lebih tahu. Ini memudahkan proses pengambilan keputusan, tetapi juga menciptakan celah manipulasi. Ketika seseorang merasa inferior dalam pengetahuan, ia lebih siap menerima klaim tanpa verifikasi. Fenomena ini juga berkaitan dengan bias sosial seperti halo effect, dimana seseorang yang dihormati dalam satu bidang dianggap otomatis benar dalam bidang lain. Efek inilah yang menjadikan ad verecundiam begitu kuat dalam membentuk opini massa, meskipun secara logis ia lemah.

Cara Menghindari Kekeliruan Ad Verecundiam

Untuk menghindarinya, pertama, periksa apakah otoritas tersebut benar-benar relevan dan kompeten dalam isu yang dibahas. Kedua, tanyakan apakah argumen tersebut dapat berdiri tanpa otoritas. Ketiga, evaluasi bukti yang disampaikan, bukan gelar atau reputasinya. Keempat, selalu siapkan ruang untuk kritik terhadap otoritas—bahkan terhadap pakar sekalipun. Kelima, dorong budaya epistemik yang berbasis argumentasi, bukan hierarki sosial. Dengan demikian, kita dapat membangun cara berpikir yang lebih kritis, rasional, dan bebas dari dominasi simbolik.

Orang lain juga membaca :  Ad Nauseam

FAQ

Apakah semua kutipan dari pakar termasuk ad verecundiam?

Tidak. Mengutip pakar sah selama disertai bukti atau penjelasan logis yang mendukung klaim.

Mengapa masyarakat mudah terjebak pada appeal to authority?

Karena otak manusia cenderung menggunakan jalan pintas kognitif, termasuk mempercayai figur otoritas untuk mengurangi kerumitan.

Bagaimana membedakan otoritas valid dan otoritas palsu?

Periksa kompetensi, rekam jejak, relevansi keilmuan, serta apakah ia memberikan argumen dan bukti, bukan sekadar klaim.

Referensi

  • Copi, I. M., Cohen, C., & McMahon, K. (2016). Introduction to Logic. Routledge.
  • Walton, D. (1997). Appeal to Expert Opinion: Arguments from Authority. Penn State University Press.
  • Tindale, C. W. (2007). Fallacies and Argument Appraisal. Cambridge University Press.

Dukung berbagai Project Raymond Kelvin Nando kedepannya


Citation


Previous Article

Ad Nauseam

Next Article

Affirming the Consequent

Write a Comment

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *