Raymond Kelvin Nando, Pontianak — Edmund Husserl adalah seorang filsuf Jerman abad ke-19 dan awal abad ke-20 yang dikenal sebagai pendiri fenomenologi. Ia mengembangkan metode filosofis untuk kembali kepada “hal-hal itu sendiri” (zu den Sachen selbst), dengan tujuan memahami struktur kesadaran murni dan pengalaman manusia.
Daftar Isi
Biografi Edmund Husserl
Husserl lahir pada 8 April 1859 di Proßnitz, Moravia (kini Prostějov, Republik Ceko). Ia berasal dari keluarga Yahudi yang kemudian berpindah ke agama Kristen Protestan. Sejak kecil ia menunjukkan minat besar pada matematika dan ilmu pengetahuan.
Ia menempuh studi matematika di Universitas Leipzig pada 1876, kemudian melanjutkan di Berlin di bawah Karl Weierstrass, salah satu matematikawan besar abad ke-19. Minatnya terhadap filsafat tumbuh ketika ia berkuliah di Wina di bawah bimbingan Franz Brentano, yang terkenal dengan ajaran tentang intensionalitas kesadaran.
Pada 1887, Husserl meraih habilitasi dengan karya Über den Begriff der Zahl, yang kemudian menjadi cikal bakal karyanya Philosophie der Arithmetik (1891). Dari titik ini, ia mulai beralih dari matematika ke filsafat, khususnya epistemologi.
Ia mengajar di Universitas Halle, kemudian di Göttingen, dan akhirnya di Freiburg. Di Göttingen, ia membentuk lingkaran fenomenologi yang berpengaruh, termasuk murid-murid seperti Edith Stein, Roman Ingarden, dan Martin Heidegger.
Karya utamanya antara lain Logische Untersuchungen (1900–1901), Ideen zu einer reinen Phänomenologie (1913), dan Cartesianische Meditationen (1931). Dalam karya-karya ini, ia mengembangkan fenomenologi sebagai metode filosofis.
Husserl mengalami diskriminasi pada era Nazi karena asal-usul Yahudinya. Ia meninggal pada 27 April 1938 di Freiburg, meninggalkan warisan besar yang memengaruhi filsafat kontinental abad ke-20.
Konsep-Konsep Utama
Intensionalitas
Husserl menekankan bahwa semua kesadaran adalah kesadaran akan sesuatu. Konsep intensionalitas menegaskan keterarahan kesadaran terhadap objek, baik nyata maupun imajiner.
Dengan menegaskan bahwa pikiran selalu terkait dengan sesuatu, Husserl menghindari pandangan subjektivis murni. Kesadaran tidak pernah kosong, melainkan selalu memiliki struktur keterarahan.
Husserl mengatakan:
“Jede Bewusstseinsakte ist Bewusstsein von etwas.” (Logische Untersuchungen, 1901, II/1, p. 374)
Husserl menjelaskan bahwa kesadaran bersifat relasional, selalu terbuka kepada dunia dan tidak berdiri sendiri secara tertutup.
Epoché dan Reduksi Fenomenologis
Untuk memahami fenomena secara murni, Husserl memperkenalkan metode epoché, yakni penangguhan asumsi tentang keberadaan dunia eksternal, agar dapat menganalisis struktur pengalaman.
Melalui reduksi fenomenologis, filsuf kembali kepada “kesadaran murni” yang menjadi dasar semua pengetahuan. Ini memungkinkan pengamatan tanpa prasangka terhadap cara fenomena menampakkan diri.
Husserl mengatakan:
“Wir setzen die natürliche Einstellung außer Spiel… und betrachten das reine Bewusstsein.” (Ideen I, 1913, p. 61)
Husserl menekankan perlunya menggantungkan penilaian tentang dunia natural untuk menemukan lapisan kesadaran yang lebih mendasar.
Dunia Kehidupan (Lebenswelt)
Dalam karya-karya akhir, Husserl memperkenalkan konsep Lebenswelt atau dunia kehidupan, yakni dunia sehari-hari yang menjadi latar belakang pengalaman manusia sebelum refleksi ilmiah atau filosofis.
Lebenswelt adalah horizon makna yang diandaikan dalam semua pengetahuan. Ia menjadi titik awal bagi sains dan filsafat, meski sering terlupakan oleh pendekatan objektif.
Husserl mengatakan:
“Die Lebenswelt ist der Boden aller Wissenschaften und aller theoretischen Bestimmungen.” (Die Krisis der europäischen Wissenschaften, 1936, p. 105)
Husserl menjelaskan bahwa pengetahuan ilmiah selalu berakar pada dunia kehidupan yang lebih mendasar sebagai pengalaman manusiawi sehari-hari.
Konstitusi Makna
Husserl menekankan bahwa makna tidak ada begitu saja, tetapi dikonstitusikan oleh kesadaran. Proses konstitusi ini menunjukkan bagaimana objek muncul dalam horizon pengalaman.
Dengan kata lain, realitas sebagaimana kita pahami bukanlah sesuatu yang sepenuhnya independen, melainkan hasil interaksi antara dunia dan kesadaran.
Husserl mengatakan:
“Die Gegenstände haben ihre Seinsweise durch die konstituierenden Akte des Bewusstseins.” (Ideen I, 1913, p. 124)
Husserl menjelaskan bahwa objek mendapatkan status ontologisnya melalui struktur kesadaran yang memberi makna.
Fenomenologi Transendental
Husserl menyebut metode filosofisnya sebagai fenomenologi transendental, yakni usaha untuk memahami kesadaran murni yang mendasari pengalaman.
Ia mengadopsi inspirasi dari Descartes, tetapi menekankan kesadaran intersubjektif sebagai dasar bagi objektivitas. Fenomenologi menjadi analisis sistematis tentang “bagaimana” pengalaman terbentuk.
Husserl mengatakan:
“Transzendentale Phänomenologie ist die Wissenschaft von der reinen Bewusstseinsleben.” (Cartesianische Meditationen, 1931, p. 37)
Husserl menegaskan bahwa fenomenologi adalah disiplin radikal yang bertujuan memahami struktur dasar kesadaran transendental.
Intersubjektivitas
Kesadaran bukan hanya individual, melainkan juga intersubjektif. Husserl menekankan bahwa dunia bersama (intersubjektive Welt) dibentuk melalui komunikasi dan empati dengan orang lain.
Dengan memahami kesadaran orang lain, kita membentuk horizon bersama yang memungkinkan objektivitas.
Husserl mengatakan:
“Das Andere wird ursprünglich in der Einfühlung konstituiert.” (Cartesianische Meditationen, 1931, p. 92)
Husserl menekankan bahwa pengalaman orang lain dipahami melalui empati, yang memungkinkan adanya dunia bersama.
Krisis Ilmu Pengetahuan Eropa
Dalam karya terakhirnya, Husserl menilai bahwa sains modern mengalami krisis karena melupakan fondasi fenomenologisnya. Ia menyebut bahwa objektivisme mengabaikan dunia kehidupan yang menjadi dasar makna.
Fenomenologi ditawarkan sebagai solusi untuk mengembalikan sains pada akar humanis dan eksistensialnya.
Husserl mengatakan:
“Die eigentliche Krise der europäischen Wissenschaften besteht in dem Vergessen der Lebenswelt.” (Krisis, 1936, p. 110)
Husserl menjelaskan bahwa krisis ilmu pengetahuan berakar pada pemisahan antara sains objektif dan pengalaman manusiawi.
Dalam Konteks Lain
Dalam Filsafat Eksistensialisme
Pemikiran Husserl memberi dasar bagi eksistensialisme, terutama Heidegger, Sartre, dan Merleau-Ponty. Fenomenologi menjadi metode untuk memahami eksistensi, kebebasan, dan pengalaman manusia.
Maurice Merleau-Ponty mengatakan:
“La phénoménologie de Husserl est le retour aux choses mêmes, elle fonde notre compréhension du monde vécu.” (Phénoménologie de la perception, 1945, p. i)
Merleau-Ponty menekankan bahwa fenomenologi Husserl menjadi titik awal pemahaman eksistensial tentang dunia kehidupan.
Dalam Ilmu Sosial
Konsep Lebenswelt memengaruhi sosiologi dan antropologi, khususnya Alfred Schutz yang mengembangkan fenomenologi sosial. Hal ini memperluas metode Husserl ke studi masyarakat.
Alfred Schutz mengatakan:
“The structures of the lifeworld are the foundation for social reality.” (The Phenomenology of the Social World, 1932, p. 14)
Schutz menjelaskan bahwa fenomenologi Husserl membantu menjelaskan dasar pengalaman sosial yang membentuk realitas intersubjektif.
Dalam Psikologi
Fenomenologi Husserl berpengaruh pada psikologi humanistik dan eksistensial, terutama dalam pendekatan Carl Rogers dan Viktor Frankl.
Herbert Spiegelberg mengatakan:
“Husserl’s method influenced psychology by stressing the description of lived experience.” (The Phenomenological Movement, 1960, p. 215)
Spiegelberg menekankan dampak metode fenomenologis terhadap psikologi deskriptif dan eksistensial.
Dalam Filsafat Analitik
Meski berbeda tradisi, fenomenologi Husserl memengaruhi filsafat analitik melalui diskusi tentang makna, intensionalitas, dan kesadaran, khususnya pada tokoh seperti Gilbert Ryle dan John Searle.
Dan Zahavi mengatakan:
“Husserl’s analyses of intentionality anticipated later discussions in analytic philosophy of mind.” (Husserl’s Phenomenology, 2003, p. 67)
Zahavi menekankan keterkaitan antara fenomenologi Husserl dan filsafat pikiran kontemporer.
Kesimpulan
Edmund Husserl adalah pendiri fenomenologi yang mengembangkan konsep intensionalitas, epoché, Lebenswelt, dan intersubjektivitas. Ia mengkritik krisis sains modern dan menawarkan fenomenologi transendental sebagai jalan kembali ke pengalaman murni. Pemikirannya memengaruhi filsafat eksistensialisme, ilmu sosial, psikologi, dan filsafat pikiran modern.
Frequently Asked Questions (FAQ)
Apa kontribusi terbesar Edmund Husserl?
Husserl mendirikan fenomenologi sebagai metode filosofis untuk menganalisis kesadaran dan pengalaman.
Apa arti epoché dalam fenomenologi?
Epoché adalah penangguhan asumsi tentang dunia eksternal guna menganalisis kesadaran murni.
Mengapa Husserl menilai sains modern mengalami krisis?
Karena sains melupakan Lebenswelt, dunia kehidupan yang menjadi dasar pengalaman manusia.
Referensi
- Husserl, E. (1901). Logische Untersuchungen. Halle: Niemeyer.
- Husserl, E. (1913). Ideen zu einer reinen Phänomenologie. Halle: Niemeyer.
- Husserl, E. (1931). Cartesianische Meditationen. Den Haag: Nijhoff.
- Husserl, E. (1936). Die Krisis der europäischen Wissenschaften. Belgrade: Husserl-Archiv.
- Merleau-Ponty, M. (1945). Phénoménologie de la perception. Paris: Gallimard.
- Schutz, A. (1932). The Phenomenology of the Social World. Evanston: Northwestern University Press.
- Spiegelberg, H. (1960). The Phenomenological Movement. The Hague: Nijhoff.
- Zahavi, D. (2003). Husserl’s Phenomenology. Stanford: Stanford University Press.