Transhumanisme

Raymond Kelvin Nando — Transhumanisme adalah ideologi dan gerakan intelektual yang berfokus pada penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan kemampuan manusia — baik fisik, intelektual, maupun psikologis — dengan tujuan melampaui batas-batas biologis yang ada. Penganut transhumanisme meyakini bahwa evolusi manusia tidak berhenti pada tahap biologis, melainkan dapat dilanjutkan melalui intervensi teknologi seperti kecerdasan buatan, rekayasa genetik, nanoteknologi, dan integrasi manusia–mesin. Ideologi ini memunculkan perdebatan etis dan filosofis mengenai hakikat manusia, kesadaran, serta masa depan peradaban.

Pengertian Transhumanisme

Transhumanisme dapat didefinisikan sebagai pandangan filosofis dan ideologis yang menekankan bahwa manusia dapat dan seharusnya menggunakan teknologi untuk memperluas potensi dan melampaui keterbatasan biologisnya.

“Transhumanism is the belief that we can and should use technology to overcome our biological limitations and enhance human capacities.”
— Nick Bostrom, In Defense of Posthuman Dignity (2005), p. 3

Dalam konteks ini, transhumanisme tidak hanya berurusan dengan kemajuan teknologi, tetapi juga dengan nilai-nilai kemanusiaan, kebebasan individu, dan tanggung jawab etis terhadap masa depan evolusi manusia.

Tokoh Transhumanisme

  • Nick Bostrom — filsuf asal Swedia dan pendiri Future of Humanity Institute di Oxford; penulis Superintelligence dan tokoh utama transhumanisme modern.
  • Ray Kurzweil — penemu dan futuris Amerika yang mempopulerkan konsep singularity, titik di mana kecerdasan buatan melampaui kecerdasan manusia.
  • Max More — filsuf yang pertama kali mendefinisikan istilah transhumanism secara sistematis pada 1990-an; pendiri Extropy Institute.
  • Natasha Vita-More — seniman dan teoretikus yang menekankan aspek budaya dan etika dalam pengembangan manusia pasca-biologis (posthuman).
Orang lain juga membaca :  Anarkisme Ekonomi

Prinsip dan Gagasan Utama Transhumanisme

Peningkatan Manusia (Human Enhancement)

Transhumanisme menegaskan bahwa manusia dapat ditingkatkan secara biologis, kognitif, dan emosional melalui teknologi.

“Human enhancement technologies enable us to transcend our natural limitations and realize our highest potential.”
— Max More, Transhumanist Values (1999), p. 2

Peningkatan ini dianggap sebagai kelanjutan alami dari evolusi manusia, bukan penyimpangan darinya.

Singularity dan Kecerdasan Buatan

Salah satu gagasan sentral transhumanisme adalah singularity — masa ketika kecerdasan buatan mencapai atau melampaui kecerdasan manusia, menciptakan lompatan eksponensial dalam perkembangan teknologi.

“The singularity will represent the culmination of the merger between human and machine intelligence.”
— Ray Kurzweil, The Singularity Is Near (2005), p. 9

Momen ini diyakini akan mengubah cara manusia memahami eksistensi dan kesadaran.

Imortalitas Teknologis

Transhumanis berpendapat bahwa kematian biologis bukanlah keniscayaan, melainkan tantangan ilmiah yang dapat diatasi melalui teknologi seperti mind uploading atau rekayasa genetika.

“Death is not destiny; it is a technical problem to be solved.”
— Natasha Vita-More, Designing Human Futures (2010), p. 15

Gagasan ini menimbulkan perdebatan etis dan metafisik mengenai nilai kehidupan dan makna identitas manusia.

Etika dan Posthumanisme

Transhumanisme menyoroti pentingnya etika teknologi, yakni bagaimana memastikan kemajuan teknologi tidak menciptakan ketimpangan atau meniadakan nilai-nilai kemanusiaan.

“We must ensure that our pursuit of posthumanity enhances, rather than diminishes, what is valuable about being human.”
— Nick Bostrom, A History of Transhumanist Thought (2005), p. 17

Posthumanisme dalam konteks ini berarti kondisi di mana manusia berevolusi menjadi bentuk kehidupan baru yang melampaui keterbatasan biologis.

FAQ

Apakah tujuan akhir transhumanisme adalah keabadian?

Salah satu tujuan utamanya adalah memperpanjang umur dan meningkatkan kualitas hidup, tetapi “keabadian” lebih dipahami sebagai keberlanjutan kesadaran melalui teknologi, bukan hidup tanpa akhir secara biologis.

Apa perbedaan transhumanisme dan posthumanisme?

Transhumanisme berfokus pada proses peningkatan manusia, sedangkan posthumanisme menggambarkan kondisi setelah manusia mengalami transformasi total melalui teknologi.

Referensi

  • Bostrom, N. (2005). In Defense of Posthuman Dignity. Bioethics, 19(3), 202–214.
  • Bostrom, N. (2005). A History of Transhumanist Thought. Journal of Evolution and Technology, 14(1), 1–25.
  • Kurzweil, R. (2005). The Singularity Is Near. New York: Viking.
  • More, M. (1999). Transhumanist Values. Extropy Institute.
  • Vita-More, N. (2010). Designing Human Futures. Extropy Journal, 5(2), 10–18.

Dukung berbagai Project Raymond Kelvin Nando kedepannya


Citation


Previous Article

Trotskisme

Next Article

Utopianisme

Write a Comment

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *