Positivisme Politik

Raymond Kelvin Nando — Positivisme Politik adalah pandangan dalam filsafat politik yang menekankan bahwa ilmu politik harus dibangun atas dasar fakta empiris dan metode ilmiah, bukan atas dasar spekulasi moral, metafisika, atau ideologi normatif. Ia berakar dari tradisi positivisme yang diperkenalkan oleh Auguste Comte, dengan keyakinan bahwa pengetahuan sejati hanya dapat diperoleh melalui pengamatan dan verifikasi terhadap fenomena sosial yang nyata. Dalam konteks politik, positivisme berusaha memahami kekuasaan, hukum, dan lembaga pemerintahan sebagaimana adanya, bukan sebagaimana seharusnya.

Pengertian Positivisme Politik

Positivisme Politik dapat dipahami sebagai pendekatan ilmiah terhadap fenomena politik yang menolak spekulasi moral dan berfokus pada pengamatan empiris terhadap perilaku politik, struktur kekuasaan, dan institusi sosial.

“Political positivism regards the state and law as products of observable social facts, not as metaphysical or moral ideals.”
— Auguste Comte, Cours de Philosophie Positive (1830–1842), p. 214

Positivisme Politik berusaha menjadikan politik sebagai ilmu yang objektif, bebas nilai, dan dapat dipelajari melalui metode rasional yang sama seperti ilmu alam. Dengan demikian, politik bukan sekadar arena moral atau ideologis, tetapi sebuah sistem sosial yang memiliki hukum-hukum empiris yang dapat ditemukan dan dijelaskan.

Tokoh Positivisme Politik

  • Auguste Comte — pelopor positivisme yang memperkenalkan ide “filsafat positif” untuk memahami masyarakat berdasarkan hukum sosial yang pasti.
  • Herbert Spencer — mengembangkan gagasan Comte dengan pendekatan evolusioner terhadap masyarakat dan negara.
  • Émile Durkheim — menegaskan pentingnya fakta sosial yang dapat diamati dalam memahami fenomena politik.
  • Hans Kelsen — menerapkan prinsip positivisme pada hukum dan politik melalui Pure Theory of Law.

Prinsip dan Gagasan Utama Positivisme Politik

Politik sebagai Ilmu Empiris

Positivisme Politik berangkat dari keyakinan bahwa politik harus dipelajari dengan cara yang sama seperti ilmu alam — berdasarkan data dan pengamatan, bukan ideologi atau moralitas. Dalam pandangan ini, politik adalah bidang yang tunduk pada hukum sosial yang dapat dijelaskan secara ilmiah.

“The true political science must eliminate metaphysical speculation and rely solely on observable social facts.”
— Auguste Comte, Système de Politique Positive (1851), p. 73

Melalui pendekatan empiris, positivisme melahirkan metode kuantitatif dan penelitian perilaku dalam ilmu politik modern, seperti studi tentang pemilih, partai, dan kebijakan publik.

Orang lain juga membaca :  Jakobinisme

Netralitas Nilai dalam Kajian Politik

Positivisme menuntut agar ilmuwan politik bersikap bebas nilai (value-free). Artinya, peneliti tidak boleh menilai apakah suatu sistem politik “baik” atau “buruk,” tetapi harus menjelaskan bagaimana sistem itu bekerja berdasarkan data yang terukur.

“Political science should describe what is, not what ought to be.”
— Émile Durkheim, Rules of Sociological Method (1895), p. 45

Pendekatan ini bertujuan menjaga objektivitas dan menghindari bias moral dalam analisis politik.

Rasionalitas dan Ketertiban Sosial

Positivisme Politik menempatkan rasionalitas dan ketertiban sosial sebagai tujuan utama kehidupan politik. Negara dilihat sebagai institusi yang menjamin stabilitas melalui hukum dan tata tertib yang rasional, bukan melalui kekuasaan absolut atau norma moral yang subjektif.

“Law is not a reflection of morality, but a system of norms defined by authority.”
— Hans Kelsen, Pure Theory of Law (1934), p. 58

Dengan menekankan hukum dan struktur rasional, positivisme menganggap bahwa ketertiban adalah syarat utama bagi kemajuan sosial.

Penolakan terhadap Spekulasi Metafisik

Para pemikir positivis menolak gagasan bahwa politik dapat dijelaskan melalui konsep abstrak seperti “keadilan abadi” atau “kebaikan bersama” yang tidak dapat dibuktikan secara empiris. Fokus utamanya adalah pada fenomena yang dapat diamati — hubungan kekuasaan, perilaku pemilih, dan fungsi lembaga politik.

“There are no political truths beyond empirical observation; all else is metaphysics.”
— Herbert Spencer, The Study of Sociology (1873), p. 121

Dengan pendekatan ini, positivisme membantu memisahkan studi ilmiah politik dari klaim ideologis atau moral.

Kemajuan Sosial melalui Ilmu Pengetahuan

Positivisme Politik percaya bahwa kemajuan sosial hanya dapat dicapai melalui penerapan rasionalitas dan ilmu dalam pemerintahan. Bagi Comte, masyarakat akan mencapai tahap tertinggi peradaban ketika keputusan politik didasarkan pada pengetahuan ilmiah, bukan dogma agama atau spekulasi filsafat.

“From science comes order, and from order comes progress.”
— Auguste Comte, Système de Politique Positive (1851), p. 97

Dalam pandangan ini, ilmuwan dan teknokrat menjadi figur ideal yang memimpin perencanaan sosial dan politik secara rasional.

Orang lain juga membaca :  Marxisme-Leninisme

FAQ

Apakah Positivisme Politik menolak moralitas dalam politik?

Tidak menolak, tetapi memisahkannya dari analisis ilmiah. Moralitas dianggap sebagai fakta sosial yang bisa dipelajari, bukan dasar untuk menentukan kebenaran politik.

Apa perbedaan antara Positivisme Politik dan Positivisme Hukum?

Positivisme Hukum fokus pada norma hukum formal, sedangkan Positivisme Politik meliputi studi empiris tentang kekuasaan, lembaga, dan perilaku politik dalam masyarakat.

Apa pengaruh Positivisme Politik terhadap ilmu politik modern?

Positivisme menjadi dasar bagi pendekatan ilmiah dalam ilmu politik modern, terutama dalam perkembangan behavioralism dan rational choice theory, yang menekankan analisis data dan model empiris.

Referensi

  • Comte, A. (1830–1842). Cours de Philosophie Positive. Paris: Bachelier.
  • Comte, A. (1851). Système de Politique Positive. Paris: Carilian-Goeury.
  • Spencer, H. (1873). The Study of Sociology. London: Henry S. King & Co.
  • Durkheim, É. (1895). The Rules of Sociological Method. Paris: Alcan.
  • Kelsen, H. (1934). Pure Theory of Law. Vienna: Deuticke.

Dukung berbagai Project Raymond Kelvin Nando kedepannya


Citation


Previous Article

Populisme

Next Article

Prusianisme

Write a Comment

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *