Raymond Kelvin Nando — Jingoisme merupakan ideologi politik yang berakar pada nasionalisme ekstrem yang agresif dan berorientasi militer. Istilah ini pertama kali muncul di Inggris pada akhir abad ke-19, berasal dari lagu populer selama Perang Rusia–Turki (1877–1878) yang mengandung ungkapan “By jingo!”, simbol semangat patriotisme berlebihan. Jingoisme menekankan pembelaan kepentingan nasional dengan cara ekspansionis, bahkan melalui perang, serta menolak segala bentuk kompromi diplomatik. Dalam konteks modern, jingoisme mencerminkan nasionalisme chauvinistik yang mengutamakan kekuatan dan kebanggaan bangsa di atas prinsip moral universal atau kerja sama internasional.
Daftar Isi
Pengertian Jingoisme
Jingoisme dapat didefinisikan sebagai bentuk nasionalisme yang ekstrem, disertai keyakinan bahwa negara harus menggunakan kekuatan militer untuk mempertahankan atau memperluas pengaruhnya. Ia sering dianggap sebagai bentuk agresif dari patriotisme yang mengarah pada imperialisme atau supremasi nasional.
“Jingoism is the worst kind of patriotism, because it worships power and despises justice.”
— William Thomas Stead, The Truth About the Navy (1894), p. 14
Ideologi ini menumbuhkan pandangan bahwa dominasi politik dan militer merupakan ukuran utama kejayaan bangsa, sering kali mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan internasional.
Tokoh Jingoisme
- William Thomas Stead — jurnalis Inggris yang mengkritik semangat jingoistik pemerintah Inggris dalam kebijakan luar negeri.
- Rudyard Kipling — meski bukan ideolog langsung, puisinya seperti The White Man’s Burden mencerminkan semangat jingoistik imperialisme Inggris.
- Theodore Roosevelt — Presiden AS yang dianggap mewujudkan jingoisme dalam kebijakan “Big Stick Diplomacy”.
- Joseph Chamberlain — politisi Inggris yang mendukung ekspansi kolonial dan intervensi militer sebagai sarana memperkuat kekaisaran.
Prinsip dan Gagasan Utama Jingoisme
Nasionalisme Agresif dan Militeristik
Jingoisme menempatkan nasionalisme sebagai bentuk supremasi politik dan militer.
“We don’t want to fight, but by jingo if we do, we’ve got the ships, we’ve got the men, we’ve got the money too.”
— George Holyoake, Music Hall Song: Macdermott’s War Song (1878)
Ungkapan ini melambangkan semangat jingoisme: rasa percaya diri kolektif yang berubah menjadi kebanggaan militer dan pembenaran terhadap perang demi kehormatan bangsa.
Ekspansionisme dan Imperialisme
Jingoisme berpandangan bahwa kejayaan nasional ditentukan oleh sejauh mana negara memperluas pengaruhnya ke wilayah lain.
“Our Empire must expand or perish.”
— Joseph Chamberlain, Speech to the Birmingham Chamber of Commerce (1895), p. 6
Prinsip ini menjadi pembenaran ideologis bagi kolonialisme dan kebijakan intervensi luar negeri yang agresif, di mana kekuatan militer dilihat sebagai sarana untuk menyebarkan “peradaban” atau kepentingan nasional.
Patriotisme Berlebihan dan Penolakan Kritik
Dalam jingoisme, setiap bentuk kritik terhadap negara dianggap sebagai pengkhianatan.
“Patriotism means to stand by the country. It does not mean to stand by the President.”
— Theodore Roosevelt, The Kansas City Star (1918), p. 17
Namun dalam praktik jingoisme, perbedaan antara kritik patriotik dan pengkhianatan sering dihapus, sehingga menghasilkan budaya politik yang intoleran terhadap pandangan alternatif.
Sentimen Anti-Asing dan Xenofobia
Jingoisme sering kali disertai kecurigaan atau permusuhan terhadap bangsa lain, yang dianggap sebagai ancaman terhadap kejayaan nasional.
“The jingo spirit breeds enemies faster than it can defeat them.”
— William Thomas Stead, The United States of Europe (1899), p. 23
Rasa takut terhadap pengaruh asing mendorong munculnya kebijakan proteksionis dan retorika yang menegaskan keunggulan budaya atau ras tertentu.
Kultus Kekuatan dan Identitas Nasional
Jingoisme meyakini bahwa kekuatan militer dan semangat patriotik adalah sumber utama identitas bangsa.
“The triumph of a nation depends not on its justice, but on its strength.”
— Rudyard Kipling, Letters of Travel (1900), p. 51
Kultus terhadap kekuatan menggantikan nilai-nilai moral atau kemanusiaan, sehingga politik luar negeri didorong oleh ambisi dan kebanggaan, bukan oleh keadilan global.
FAQ
Apakah jingoisme sama dengan patriotisme?
Tidak. Patriotisme menekankan cinta terhadap tanah air secara positif, sedangkan jingoisme mengarah pada fanatisme yang membenarkan agresi dan peperangan demi supremasi nasional.
Mengapa jingoisme dianggap berbahaya?
Karena ia menumbuhkan sikap intoleran, mendorong konflik internasional, dan menghapus batas moral dalam politik luar negeri dengan mengutamakan kekuasaan atas keadilan.
Apakah jingoisme masih ada di era modern?
Ya. Dalam bentuk retorika politik, kampanye militeristik, atau propaganda nasionalis yang menolak diplomasi, jingoisme tetap muncul di berbagai negara sebagai bentuk ekstrem dari nasionalisme.
Referensi
- Stead, W. T. (1894). The Truth About the Navy. London: Review of Reviews.
- Kipling, R. (1900). Letters of Travel. London: Macmillan.
- Chamberlain, J. (1895). Speech to the Birmingham Chamber of Commerce. Birmingham: British Empire League.
- Roosevelt, T. (1918). The Kansas City Star. Missouri: The Star Publishing Co.
- Stead, W. T. (1899). The United States of Europe. London: Review of Reviews.