Raymond Kelvin Nando
  • Beranda
  • Tentang Saya
  • Resources
    • Ebooks
    • Essays
  • Ensiklopedia
    • Ensiklopedia Filsuf
    • Ensiklopedia Ideologi
    • Ensiklopedia Fallacy
    • Ensiklopedia Teologi & Kepercayaan
No Result
View All Result
Raymond Kelvin Nando
  • Beranda
  • Tentang Saya
  • Resources
    • Ebooks
    • Essays
  • Ensiklopedia
    • Ensiklopedia Filsuf
    • Ensiklopedia Ideologi
    • Ensiklopedia Fallacy
    • Ensiklopedia Teologi & Kepercayaan
No Result
View All Result
Raymond Kelvin Nando
No Result
View All Result
Home Filsuf

Agrippa

Raymond Kelvin Nando by Raymond Kelvin Nando
September 20, 2025
in Filsuf
Reading Time: 18 mins read
0

Raymond Kelvin Nando, Pontianak — Agrippa adalah seorang filsuf skeptisis Yunani dari aliran Pyrrhonisme yang terkenal karena merumuskan lima mode atau five modes yang menjadi dasar argumen skeptisis dalam menangguhkan penilaian (epoché).

Agrippa hidup sekitar abad pertama Masehi, meskipun detail biografinya sangat sedikit dan sebagian besar pengetahuannya diperoleh melalui karya Sextus Empiricus dan Diogenes Laërtius.

Daftar Isi

  • Biografi Agrippa
    • Artikel Terkait
    • John Stuart Mill
    • Joseph Butler
    • Joseph de Maistre
  • Konsep-Konsep Utama
    • Perselisihan (Disagreement)
    • Regresi Tanpa Akhir (Infinite Regress)
    • Relativitas (Relativity)
    • Hipotesis (Assumption)
    • Sirkularitas (Circularity)
  • Dalam Konteks Lain
    • Epistemologi
    • Logika
    • Skeptisisme Modern
    • Sains dan Metodologi
  • Kesimpulan
  • Frequently Asked Questions (FAQ)
    • Apa perbedaan utama antara Agrippa dan Aenesidemus?
    • Apakah lima mode Agrippa masih relevan hari ini?
    • Mengapa Agrippa disebut skeptisis radikal?
  • Referensi

Biografi Agrippa

Agrippa tidak meninggalkan karya tulis yang utuh, sehingga rekonstruksi hidupnya bergantung pada testimoni filsuf lain. Sextus Empiricus menyebut Agrippa sebagai pengembang sistematis lima mode skeptisis yang memperkuat landasan Pyrrhonisme. Ia dipandang sebagai penerus Aenesidemus namun menekankan penyederhanaan argumen.

Masa kecil dan latar keluarganya sama sekali tidak diketahui. Sejarawan hanya menduga bahwa ia hidup di lingkungan intelektual Yunani-Romawi yang aktif memperdebatkan epistemologi, logika, dan metafisika. Agrippa kemungkinan besar berhubungan erat dengan sekolah skeptis di Alexandria atau Athena.

Agrippa berusaha menjawab persoalan dasar mengenai kepastian pengetahuan. Baginya, perdebatan filsafat sebelumnya gagal mengatasi persoalan regresi tanpa akhir, kontradiksi doktrin, dan ketergantungan argumen pada asumsi. Ia kemudian menyusun metode ringkas yang kini dikenal sebagai lima mode.

Artikel Terkait

John Stuart Mill

Joseph Butler

Joseph de Maistre

Sextus Empiricus menulis tentang Agrippa:

Sextus Empiricus mengatakan:

“Ada lima cara utama yang dipakai kaum Skeptis untuk menunda penilaian: perselisihan, regresi tanpa akhir, relativitas, hipotesis, dan sirkularitas.” (Outlines of Pyrrhonism, abad ke-2 M, I.164–169)

Agrippa tidak tercatat pernah memimpin sekolah tertentu, namun pengaruhnya terasa pada generasi setelahnya. Mode yang ia tawarkan lebih mudah diajarkan dan diterapkan, sehingga digunakan secara luas dalam tradisi skeptis.

Perbandingan dengan Aenesidemus penting untuk melihat peran unik Agrippa. Jika Aenesidemus dikenal karena sepuluh mode yang menekankan variasi perspektif inderawi dan budaya, maka Agrippa justru menyoroti problem metodologis dalam struktur pengetahuan itu sendiri.

Kematian Agrippa juga tidak tercatat. Sejarawan modern menduga ia wafat sekitar abad pertama Masehi, pada masa ketika filsafat skeptisis masih menjadi arus minoritas di Kekaisaran Romawi. Walaupun hampir tanpa catatan personal, nama Agrippa bertahan dalam sejarah filsafat karena lima mode-nya.

Konsep-Konsep Utama

Perselisihan (Disagreement)

Perselisihan menekankan bahwa setiap klaim pengetahuan selalu menghadapi oposisi dengan kekuatan argumen yang sebanding. Keberadaan perselisihan tanpa resolusi final menjadi dasar penangguhan penilaian.

Sextus Empiricus mengatakan:

“Dalam segala hal, terjadi perselisihan tanpa akhir, karena setiap hal dapat diperdebatkan dari sisi yang berlawanan.” (Outlines of Pyrrhonism, I.165)

Dalam kerangka ini, kebenaran absolut tidak pernah tercapai, sebab setiap posisi memiliki lawan argumen yang rasional. Agrippa menunjukkan bahwa perbedaan pendapat para filsuf sendiri membuktikan kelemahan klaim kepastian.

Regresi Tanpa Akhir (Infinite Regress)

Regresi tanpa akhir menyoroti bahwa setiap pembenaran membutuhkan pembenaran lain, dan seterusnya tanpa titik akhir. Hal ini menggugurkan klaim bahwa suatu pengetahuan dapat berdiri pada fondasi pasti.

Agrippa menjelaskan regresi tak berhingga sebagai problem epistemik universal. Tidak ada alasan yang mampu bertahan tanpa jatuh pada rantai penjelasan tanpa akhir atau berhenti pada asumsi.

Relativitas (Relativity)

Relativitas menyatakan bahwa segala sesuatu hanya dapat dipahami dalam hubungannya dengan hal lain. Klaim kebenaran selalu bersifat relatif terhadap kondisi pengamat, kebudayaan, atau situasi.

Agrippa menekankan bahwa persepsi inderawi dan penilaian akal tidak pernah berdiri sendiri, tetapi bergantung pada konteks. Karena itu, pengetahuan absolut dianggap mustahil.

Hipotesis (Assumption)

Hipotesis adalah kecenderungan untuk menerima premis tanpa bukti. Agrippa menunjukkan bahwa jika sebuah argumen berhenti pada dasar asumtif, maka ia gagal mencapai kebenaran objektif.

Hal ini memperlihatkan bahwa banyak filsuf terdahulu hanya berpegang pada dogma. Dengan menyingkap kelemahan ini, Agrippa menguatkan sikap skeptis sebagai jalan intelektual.

Sirkularitas (Circularity)

Sirkularitas mengacu pada kondisi ketika argumen menggunakan kesimpulan sebagai dasar pembenaran. Agrippa menganggap lingkaran ini melemahkan keabsahan klaim epistemik.

Sextus Empiricus mengatakan:

“Bila sesuatu perlu dipercaya karena dirinya sendiri, maka argumen itu jatuh dalam lingkaran.” (Outlines of Pyrrhonism, I.169)

Analisis Agrippa menegaskan bahwa sirkularitas membuat argumen tidak pernah bebas dari bias, sehingga kebenaran pasti tidak tercapai.

Dalam Konteks Lain

Epistemologi

Agrippa memengaruhi diskusi epistemologi dengan menggarisbawahi keterbatasan justifikasi. Problem regresi tak berhingga yang ia rumuskan masih relevan dalam debat kontemporer tentang fondasionalisme, koherensialisme, dan infinitisme.

Logika

Dalam logika, lima mode Agrippa memperlihatkan bagaimana argumen dapat runtuh karena struktur formalnya sendiri. Problem sirkularitas dan hipotesis menjadi kritik abadi terhadap sistem logika dogmatis.

Skeptisisme Modern

Para filsuf modern seperti David Hume banyak berutang pada kerangka skeptisis Agrippa. Hume mengakui keterbatasan justifikasi induktif yang sejalan dengan regresi tak berhingga dan relativitas.

Sains dan Metodologi

Dalam sains, lima mode mengingatkan bahwa teori ilmiah selalu terbuka terhadap revisi. Ketergantungan teori pada asumsi dan relativitas pengamatan menjadikan ilmu pengetahuan tidak pernah absolut, tetapi terus berkembang.


Kesimpulan

Agrippa adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam skeptisisme Yunani. Melalui lima mode-nya, ia memperlihatkan kerentanan justifikasi pengetahuan. Walaupun riwayat hidupnya minim, kontribusinya tetap menjadi bagian penting dari filsafat epistemologi hingga hari ini.


Frequently Asked Questions (FAQ)

Apa perbedaan utama antara Agrippa dan Aenesidemus?

Aenesidemus menekankan sepuluh mode berbasis variasi fenomena, sedangkan Agrippa merumuskan lima mode metodologis.

Apakah lima mode Agrippa masih relevan hari ini?

Ya, terutama dalam epistemologi dan filsafat ilmu ketika membahas regresi tak berhingga dan problem justifikasi.

Mengapa Agrippa disebut skeptisis radikal?

Karena ia tidak hanya menolak klaim inderawi, tetapi juga membongkar struktur logis argumen yang dianggap dasar kebenaran.


Referensi

  • Annas, J., & Barnes, J. (2000). The Modes of Scepticism: Ancient Texts and Modern Interpretations. Cambridge University Press.
  • Burnyeat, M. F. (1983). The Skeptical Tradition. University of California Press.
  • Empiricus, S. (1990). Outlines of Scepticism (J. Annas & J. Barnes, Trans.). Cambridge University Press.
  • Laërtius, D. (2018). Lives of Eminent Philosophers. Oxford University Press.
  • Machuca, D. E. (2015). Pyrrhonism in Ancient, Modern, and Contemporary Philosophy. Springer.
  • Perin, C. (2010). The Demands of Reason: An Essay on Pyrrhonian Scepticism. Oxford University Press.
Tags: AgrippaDiogenes Laërtiusepistemologifilsafat klasik.filsafat pengetahuanfilsuf kunohipotesislima mode skeptisislogikametodologi sainsperselisihanproblem justifikasiPyrrhonismeregresi tak berhinggarelativitassejarah filsafatSextus Empiricussirkularitasskeptisisme modernskeptisisme Yunani
Raymond Kelvin Nando

Raymond Kelvin Nando

Akademisi dari Universitas Tanjungpura (UNTAN) di Kota Pontianak, Indonesia.

  • Tentang Saya
  • Contact
  • Privacy Policy

© 2025 Raymond Kelvin Nando — All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Tentang Saya
  • Resources
    • Ebooks
    • Essays
  • Ensiklopedia
    • Ensiklopedia Filsuf
    • Ensiklopedia Ideologi
    • Ensiklopedia Fallacy
    • Ensiklopedia Teologi & Kepercayaan

© 2025 Raymond Kelvin Nando — All Rights Reserved