Raymond Kelvin Nando — Feminisme merupakan ideologi sosial, politik, dan filosofis yang berfokus pada pembebasan perempuan dari sistem patriarki dan memperjuangkan kesetaraan gender di semua bidang kehidupan. Gerakan ini menentang segala bentuk ketimpangan yang membatasi perempuan dalam ranah sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Feminisme tidak hanya menuntut hak-hak perempuan, tetapi juga mengupayakan transformasi struktural terhadap sistem kekuasaan yang menghasilkan ketidakadilan berbasis gender.
Daftar Isi
Pengertian Feminisme
Feminisme dapat didefinisikan sebagai gerakan dan teori sosial yang berupaya menegakkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam hak, peluang, dan status sosial, serta menolak segala bentuk diskriminasi berbasis gender.
Asal-usul feminisme dapat ditelusuri ke abad ke-18, terutama melalui karya Mary Wollstonecraft yang menuntut pengakuan terhadap kemampuan intelektual dan moral perempuan. Sejak itu, feminisme berkembang menjadi beragam aliran pemikiran, mencakup feminisme liberal, radikal, marxis, dan interseksional.
“I do not wish women to have power over men; but over themselves.”
— Mary Wollstonecraft, A Vindication of the Rights of Woman, p. 119
Ungkapan ini menegaskan esensi feminisme sebagai perjuangan terhadap otonomi dan kebebasan perempuan, bukan dominasi atas laki-laki.
Tokoh Feminisme
Beberapa tokoh sentral dalam sejarah dan perkembangan feminisme meliputi:
- Mary Wollstonecraft — penulis A Vindication of the Rights of Woman (1792), dianggap sebagai pelopor feminisme modern.
- Simone de Beauvoir — penulis The Second Sex (1949), yang menyoroti bagaimana masyarakat membentuk “perempuan sebagai yang lain.”
- Betty Friedan — aktivis feminis Amerika, penggagas feminisme gelombang kedua melalui The Feminine Mystique (1963).
- bell hooks — tokoh feminis kulit hitam yang mengembangkan konsep intersectionality, menyoroti keterkaitan antara gender, ras, dan kelas sosial.
- Audre Lorde — penyair dan teoretikus feminis yang menekankan kekuatan perbedaan dan solidaritas perempuan.
“One is not born, but rather becomes, a woman.”
— Simone de Beauvoir, The Second Sex, p. 283
Prinsip dan Gagasan Utama Feminisme
Kesetaraan dan Emansipasi
Feminisme berangkat dari keyakinan bahwa semua manusia, tanpa memandang jenis kelamin, memiliki martabat dan hak yang sama.
“Feminism is the radical notion that women are people.”
— Cheris Kramarae, A Feminist Dictionary, p. 153
Prinsip kesetaraan ini menolak semua bentuk subordinasi perempuan dan memperjuangkan hak yang setara dalam pendidikan, pekerjaan, dan politik.
Kritik terhadap Patriarki
Feminisme mengidentifikasi patriarki sebagai sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pusat kekuasaan. Sistem ini membatasi perempuan melalui norma, hukum, dan budaya yang menganggap mereka inferior.
“The master’s tools will never dismantle the master’s house.”
— Audre Lorde, Sister Outsider, p. 112
Kritik feminis berupaya membongkar struktur kekuasaan tersebut, baik dalam rumah tangga, institusi sosial, maupun kebijakan negara.
Interseksionalitas
Konsep interseksionalitas, diperkenalkan oleh feminis kulit hitam, menekankan bahwa penindasan terhadap perempuan tidak hanya disebabkan oleh gender, tetapi juga oleh ras, kelas, orientasi seksual, dan faktor sosial lainnya.
“The oppressions interlock.”
— bell hooks, Ain’t I a Woman?, p. 15
Dengan demikian, feminisme tidak dapat dipahami secara tunggal, melainkan harus mempertimbangkan berbagai konteks sosial dan identitas.
Otonomi Tubuh dan Seksualitas
Feminisme menuntut kebebasan perempuan untuk menentukan pilihan atas tubuh dan kehidupan reproduksinya, termasuk hak atas aborsi dan kontrol terhadap seksualitas.
“The personal is political.”
— Carol Hanisch, Notes from the Second Year: Women’s Liberation, p. 76
Pernyataan ini menegaskan bahwa pengalaman pribadi perempuan, seperti kekerasan rumah tangga atau pelecehan seksual, merupakan masalah politik dan sosial yang harus dilawan secara kolektif.
Solidaritas dan Transformasi Sosial
Feminisme menekankan pentingnya solidaritas antarperempuan dan kelompok tertindas dalam menciptakan perubahan sosial. Tujuannya bukan hanya kesetaraan gender, tetapi juga keadilan bagi seluruh manusia.
“Feminism is for everybody.”
— bell hooks, Feminism is for Everybody, p. 1
FAQ
Apakah feminisme membenci laki-laki?
Apakah feminisme membenci laki-laki?
Tidak. Feminisme menentang sistem patriarki, bukan laki-laki secara individu. Ideologi ini justru membebaskan semua orang dari peran sosial yang menindas, termasuk laki-laki yang juga dirugikan oleh norma gender kaku.
Apakah feminisme masih relevan hari ini?
Apakah feminisme masih relevan hari ini?
Ya. Ketimpangan upah, kekerasan seksual, dan keterwakilan politik perempuan masih menjadi masalah global. Feminisme tetap relevan untuk memperjuangkan kesetaraan dan keadilan sosial.
Apakah semua feminis berpandangan sama?
Tidak. Feminisme memiliki berbagai aliran, dari yang liberal hingga radikal, namun semuanya berkomitmen pada prinsip dasar kesetaraan gender dan pembebasan dari penindasan patriarkal.
Referensi
- Wollstonecraft, M. (1792). A Vindication of the Rights of Woman. London: J. Johnson.
- Beauvoir, S. de. (1949). The Second Sex. Paris: Gallimard.
- Friedan, B. (1963). The Feminine Mystique. New York: Norton.
- hooks, b. (1981). Ain’t I a Woman? Black Women and Feminism. Boston: South End Press.
- Lorde, A. (1984). Sister Outsider. Berkeley: Crossing Press.
- Hanisch, C. (1970). Notes from the Second Year: Women’s Liberation. New York: Radical Feminism Collective.
- Kramarae, C. (1985). A Feminist Dictionary. Boston: Pandora Press.