Dialektikisme

Raymond Kelvin Nando — Dialektikisme merupakan ideologi dan pendekatan filsafat yang berakar pada gagasan dialektika, yaitu cara berpikir yang menekankan pada pertentangan, kontradiksi, dan perubahan sebagai motor utama perkembangan realitas dan pengetahuan. Sebagai pandangan politik dan filsafat, dialektikisme menolak pemikiran statis dan dogmatis; ia melihat dunia sebagai proses yang dinamis, di mana setiap ide atau struktur sosial selalu mengandung kontradiksi internal yang menuntun pada perubahan.

Pengertian Dialektikisme

Dialektikisme dapat diartikan sebagai pandangan filosofis yang meyakini bahwa realitas dan kebenaran hanya dapat dipahami melalui proses pertentangan dan penyatuan antara hal-hal yang berlawanan (tesis–antitesis–sintesis).

Akar dialektikisme dapat ditelusuri sejak filsafat Yunani kuno, terutama melalui Socrates dan Plato, yang menggunakan dialog dialektis untuk mencari kebenaran. Namun, bentuk konseptual yang paling berpengaruh datang dari Georg Wilhelm Friedrich Hegel, yang memandang dialektika sebagai hukum perkembangan ide dan sejarah.

“Segala yang rasional adalah nyata, dan segala yang nyata adalah rasional.”
— G. W. F. Hegel, Phänomenologie des Geistes, hlm. 15

Hegel menekankan bahwa setiap ide mengandung kontradiksi yang menimbulkan negasinya sendiri. Dari konflik antara keduanya lahirlah sintesis, yaitu tahap baru yang lebih tinggi. Dalam bentuknya yang materialis, terutama setelah diolah oleh Karl Marx, dialektikisme menjadi dasar bagi pemahaman tentang perubahan sosial dan sejarah manusia.

Tokoh Dialektikisme

Tokoh-tokoh utama dalam pengembangan dialektikisme meliputi Herakleitos, Hegel, Karl Marx, Friedrich Engels, dan Theodor W. Adorno.

“Perjuangan adalah ayah dari segala sesuatu, raja atas segala yang ada.”
— Herakleitos, Fragmen 53, hlm. 44

Herakleitos adalah yang pertama menyatakan bahwa dunia selalu berada dalam perubahan. Gagasan ini kemudian disistematisasi oleh Hegel dalam dialektika idealis, dan diubah oleh Marx menjadi dialektika materialis, yang menempatkan materi dan kondisi sosial sebagai fondasi perubahan.

“Dialektika saya berdiri di atas kakinya sendiri, bukan di atas kepalanya seperti dialektika Hegel.”
— Karl Marx, Afterword to Capital, Vol. I, hlm. 19

Sementara Adorno dalam tradisi Mazhab Frankfurt mengembangkan dialektika negatif, yaitu bentuk kritik terhadap kecenderungan sistem filsafat yang menindas perbedaan dan kontradiksi.

“Tugas filsafat bukan menyatukan kontradiksi, tetapi menjaga agar mereka tetap hidup.”
— Theodor W. Adorno, Negative Dialectics, hlm. 5

Prinsip dan Gagasan Utama Dialektikisme

Prinsip Kontradiksi dan Perubahan

Dialektikisme berpijak pada pandangan bahwa kontradiksi adalah sumber perubahan. Tidak ada realitas yang tetap; segala sesuatu berkembang melalui ketegangan antara unsur yang berlawanan.

“Perubahan terjadi bukan karena keseimbangan, tetapi karena benturan.”
— Friedrich Engels, Dialectics of Nature, hlm. 17

Dengan demikian, perubahan sosial, politik, dan pemikiran tidak bersifat linier, melainkan hasil dari pertentangan antara kekuatan lama dan kekuatan baru yang saling meniadakan.

Orang lain juga membaca :  Blanquisme

Proses Tesis–Antitesis–Sintesis

Konsep ini menjelaskan dinamika perkembangan ide atau struktur sosial: setiap tahap (tesis) akan menimbulkan kebalikan atau penentangnya (antitesis), dan dari konflik keduanya muncul tahap baru (sintesis) yang lebih kompleks.

“Sejarah bergerak melalui negasi atas negasi.”
— G. W. F. Hegel, Science of Logic, hlm. 29

Namun, Marx mengubah arah proses ini: bukan ide yang mendorong realitas, melainkan kondisi material yang membentuk kesadaran manusia.

Dialektika Materialis

Dalam tangan Marx dan Engels, dialektikisme menjadi alat analisis sosial yang menekankan peran kelas, produksi, dan ekonomi dalam sejarah.

“Bukan kesadaran manusia yang menentukan keberadaannya, tetapi keberadaannya sosial yang menentukan kesadarannya.”
— Karl Marx, Preface to A Contribution to the Critique of Political Economy, hlm. 7

Dialektika materialis melihat bahwa perjuangan kelas adalah bentuk nyata dari kontradiksi sosial yang akan membawa transformasi menuju masyarakat tanpa kelas.

Dialektika Negatif

Adorno menolak gagasan bahwa dialektika harus berakhir pada sintesis. Bagi dia, kontradiksi tidak selalu dapat didamaikan; tugas pemikiran kritis adalah menjaga ketegangan tersebut agar tidak direduksi oleh ide totalitas.

“Filsafat harus tetap tidak berdamai dengan dunia.”
— Theodor W. Adorno, Negative Dialectics, hlm. 10

Pendekatan ini menekankan dimensi etis dari dialektikisme sebagai cara berpikir yang menghormati perbedaan dan menolak simplifikasi ideologis.

FAQ

Apakah dialektikisme sama dengan Marxisme?

Tidak sepenuhnya. Marxisme menggunakan dialektika sebagai metode analisis materialis, tetapi dialektikisme sendiri mencakup bentuk idealis (Hegel) dan kritis (Adorno) yang melampaui Marxisme.

Apakah dialektikisme hanya konsep filsafat?

Tidak. Dialektikisme juga digunakan dalam teori sosial, politik, dan ilmu alam, misalnya dalam memahami dinamika perubahan sosial, konflik politik, hingga biologi evolusioner.

Referensi

  • Hegel, G. W. F. (1807). Phänomenologie des Geistes. Berlin: Verlag von Duncker und Humblot.
  • Marx, K. (1867). Das Kapital, Vol. I. Hamburg: Otto Meissner Verlag.
  • Engels, F. (1883). Dialectics of Nature. Moscow: Progress Publishers.
  • Adorno, T. W. (1966). Negative Dialectics. Frankfurt: Suhrkamp Verlag.
  • Herakleitos. (1955). Fragments. Oxford: Clarendon Press.
  • Marcuse, H. (1960). Reason and Revolution: Hegel and the Rise of Social Theory. London: Routledge.

Dukung berbagai Project Raymond Kelvin Nando kedepannya


Citation


Previous Article

Bundisme

Next Article

Demokratisme Radikal