Alfonsisme

Raymond Kelvin Nando — Alfonsisme merupakan sebuah ideologi sosial-politik yang berakar dari pemikiran dan praktik Raja Alfonso XIII dari Spanyol serta para pendukung monarki tradisionalis di awal abad ke-20. Ideologi ini tidak sekadar menegaskan loyalitas kepada monarki, tetapi juga menggabungkan unsur konservatisme, nasionalisme, dan korporatisme dalam satu kerangka politik yang berorientasi pada stabilitas sosial dan kesatuan nasional. Alfonsisme muncul sebagai reaksi terhadap meningkatnya gerakan republik, sosialisme, dan anarkisme di Spanyol pada masa itu.

Pengertian Alfonsisme

Alfonsisme dapat dipahami sebagai gerakan politik yang berupaya mempertahankan monarki Bourbon di bawah Raja Alfonso XIII (berkuasa 1886–1931), dengan dasar pemikiran bahwa monarki merupakan simbol kesatuan nasional dan penjaga moral masyarakat Spanyol.

Gerakan ini berkembang kuat pada periode antara Perang Dunia I dan jatuhnya monarki Spanyol tahun 1931. Para pengikut Alfonsisme menolak sistem republik dan demokrasi parlementer yang dianggap melemahkan otoritas tradisional serta menimbulkan kekacauan politik.

Secara ideologis, Alfonsisme memadukan nasionalisme otoriter, konservatisme Katolik, dan korporatisme ekonomi. Ia berusaha menciptakan tatanan sosial yang hierarkis, stabil, dan terkendali di bawah figur raja sebagai simbol persatuan negara.

Tokoh Alfonsisme

Tokoh sentral ideologi ini tentu adalah Raja Alfonso XIII, yang dikenal karena upayanya mempertahankan monarki Spanyol di tengah perubahan politik Eropa awal abad ke-20.

“Spanyol membutuhkan tatanan, bukan perpecahan. Monarki adalah jaminan kesatuan itu.”
— Alfonso XIII, Pernyataan Kerajaan kepada Dewan Nasional, hlm. 22

Selain sang raja, sejumlah tokoh politik dan militer menjadi pendukung penting Alfonsisme, seperti Antonio Maura dan José Calvo Sotelo. Maura mempromosikan reformasi administratif yang bertujuan memperkuat negara dan monarki tanpa mengorbankan stabilitas sosial, sementara Calvo Sotelo menjadi penghubung ideologis antara Alfonsisme dan nasionalisme otoriter yang kemudian mengilhami rezim Franco.

“Monarki bukanlah relik masa lalu, melainkan bentuk pemerintahan alami bagi bangsa yang membutuhkan kesatuan dan arah.”
— José Calvo Sotelo, Discurso en las Cortes, hlm. 57

Gerakan ini juga mendapat dukungan dari kalangan Gereja Katolik yang melihat monarki sebagai benteng moral melawan sekularisme dan sosialisme.

Orang lain juga membaca :  Anarkisme Pemberontakan

Prinsip dan Gagasan Utama Alfonsisme

Monarki sebagai Simbol Kesatuan Nasional

Bagi para alfonsis, monarki adalah elemen esensial dalam menjaga persatuan dan kesinambungan sejarah Spanyol.

“Seorang raja bukan hanya pemimpin politik, tetapi lambang spiritual bangsa.”
— Antonio Maura, Ensayos Políticos, hlm. 34

Raja dianggap sebagai figur pemersatu yang berada di atas kepentingan politik partisan, menjaga keseimbangan antara tradisi dan modernitas.

Konservatisme Katolik dan Moral Sosial

Alfonsisme berpijak pada nilai-nilai Katolik yang kuat. Agama dianggap sebagai dasar moral masyarakat dan pilar utama dalam membentuk identitas nasional.

“Tanpa iman Katolik, Spanyol kehilangan jiwanya.”
— José Calvo Sotelo, Cartas sobre España, hlm. 19

Prinsip ini menolak ide-ide liberal dan sekuler yang berkembang di Eropa saat itu, serta menekankan peran keluarga, gereja, dan komunitas lokal sebagai inti kehidupan sosial.

Korporatisme dan Stabilitas Ekonomi

Dalam bidang ekonomi, Alfonsisme menolak baik kapitalisme liberal maupun sosialisme revolusioner. Sebaliknya, ideologinya berfokus pada korporatisme, yakni sistem di mana kelompok profesi dan serikat diorganisasi berdasarkan fungsi sosial mereka dalam negara.

“Ekonomi harus diatur bukan oleh pasar, tetapi oleh tanggung jawab bersama demi harmoni sosial.”
— Alfonso XIII, Pidato Kerajaan di Madrid, hlm. 41

Sistem ini bertujuan menciptakan kerja sama antar kelas sosial di bawah bimbingan negara, dengan tujuan menjaga ketertiban dan mencegah konflik sosial.

Nasionalisme dan Anti-Republikanisme

Alfonsisme menolak ide republik yang dianggap berakar pada konflik kelas dan ketidakstabilan politik. Para alfonsis percaya bahwa kesetiaan kepada raja adalah bentuk tertinggi patriotisme.

“Republik memecah belah; monarki mempersatukan.”
— José Calvo Sotelo, Discurso Nacional, hlm. 65

Ide nasionalisme yang diusung Alfonsisme bersifat konservatif, menekankan kesatuan budaya dan bahasa Spanyol di atas keragaman regional seperti Katalonia atau Basque.

Orang lain juga membaca :  Awoisme

FAQ

Apakah Alfonsisme identik dengan fasisme Spanyol?

Tidak sepenuhnya. Meskipun Alfonsisme memiliki kesamaan dalam hal nasionalisme dan otoritarianisme, ia berakar pada monarki tradisional dan bukan ideologi revolusioner seperti fasisme.

Apakah Alfonsisme masih memiliki pengaruh dalam politik Spanyol modern?

Secara langsung tidak, tetapi warisan politiknya masih tampak dalam sebagian kelompok monarkis dan konservatif yang mendukung keberlanjutan monarki Spanyol.

Bagaimana Alfonsisme berbeda dari Carlisme?

Carlisme adalah gerakan monarki tradisional yang mendukung cabang lain dari dinasti Bourbon (keturunan Don Carlos), sedangkan Alfonsisme setia pada garis keturunan Alfonso XIII dan berorientasi pada modernisasi monarki.

Referensi

  • Alfonso XIII. (1925). Discursos del Rey Alfonso XIII. Madrid: Imprenta Nacional.
  • Calvo Sotelo, J. (1930). Cartas sobre España. Madrid: Editorial Hispánica.
  • Maura, A. (1918). Ensayos Políticos. Barcelona: Ediciones Ibéricas.
  • Payne, S. G. (1999). A History of Spain and Portugal. Madison: University of Wisconsin Press.
  • Tusell, J. (1997). Spain: From Dictatorship to Democracy. London: Blackwell.
  • Preston, P. (1993). The Coming of the Spanish Civil War. London: Routledge.

Dukung berbagai Project Raymond Kelvin Nando kedepannya


Citation


Previous Article

Anarkisme Platformisme

Next Article

Allendisme