William Godwin

Raymond Kelvin Nando — William Godwin adalah seorang filsuf politik, novelis, dan reformis sosial Inggris yang dikenal sebagai perintis anarkisme filosofis modern. Ia menolak segala bentuk otoritas yang tidak rasional, termasuk kekuasaan negara, gereja, dan tradisi sosial yang mengekang kebebasan berpikir. Melalui karyanya yang monumental, An Enquiry Concerning Political Justice (1793), Godwin mengembangkan pandangan bahwa rasionalitas moral dan kebaikan manusia dapat berkembang tanpa paksaan eksternal, sehingga tatanan sosial ideal harus dibangun atas dasar keadilan, pendidikan, dan kebebasan individu.

Biografi William Godwin

William Godwin lahir pada 3 Maret 1756 di Wisbech, Cambridgeshire, Inggris, dalam keluarga Protestan yang saleh. Ia dididik di bawah pengaruh Kalvinisme keras, dan sejak kecil menunjukkan bakat luar biasa dalam berpikir kritis serta kecenderungan terhadap studi teologis dan filosofis. Setelah belajar di akademi nonkonformis di Hoxton, London, ia menjadi pendeta, namun kemudian meninggalkan jabatan keagamaannya karena kehilangan keyakinan terhadap doktrin gereja.

Memasuki tahun 1780-an, Godwin mulai menulis secara intensif tentang politik, filsafat, dan moralitas. Ia terpengaruh oleh pencerahan Prancis (Voltaire, Rousseau, Helvétius) dan pemikiran David Hume, terutama dalam hal skeptisisme dan empirisme moral. Namun, ia menolak pesimisme Hume terhadap moralitas, menegaskan bahwa akal manusia memiliki kapasitas untuk memperbaiki diri tanpa batas.

Karyanya yang paling berpengaruh, An Enquiry Concerning Political Justice, diterbitkan pada 1793, menjadikannya salah satu suara utama dalam radikalisme intelektual Inggris pasca-Revolusi Prancis. Ia juga menulis novel Caleb Williams (1794), yang menggambarkan ketidakadilan sosial akibat sistem kekuasaan dan hukum yang represif.

Orang lain juga membaca :  Francis Hutcheson

Godwin menikah dengan Mary Wollstonecraft, feminis terkemuka dan penulis A Vindication of the Rights of Woman (1792). Pernikahan mereka melahirkan Mary Shelley, pengarang novel klasik Frankenstein. Godwin meninggal pada 7 April 1836 di London, meninggalkan warisan besar dalam filsafat politik, etika rasional, dan teori anarkisme moral.

Konsep-Konsep Utama

Political Justice (Keadilan Politik)

Dalam An Enquiry Concerning Political Justice, Godwin merumuskan teori politik rasionalis dan anarkis yang berangkat dari kepercayaan pada kesempurnaan moral manusia. Ia menolak gagasan negara sebagai lembaga niscaya, dengan menegaskan bahwa keadilan sejati muncul dari kebebasan moral individu, bukan dari hukum eksternal.

Government by its very nature counteracts the improvement of original mind. (An Enquiry Concerning Political Justice, 1793, hlm. 54)

Menurut Godwin, pemerintahan pada hakikatnya menghambat perkembangan pikiran manusia yang bebas dan rasional. Hukum dan otoritas cenderung menciptakan ketakutan, kepatuhan buta, serta ketimpangan sosial. Karena itu, Godwin menolak sistem pemerintahan tetap, baik monarki maupun demokrasi representatif, sebab semua bentuk institusi berisiko mengubah moralitas menjadi dogma.

Sebagai gantinya, ia mengajukan tatanan sosial berbasis nalar dan kebajikan, di mana individu dibimbing oleh kesadaran moralnya sendiri. Masyarakat ideal baginya bukanlah sistem hukum, melainkan jaringan hubungan sukarela antarindividu yang berlandaskan simpati, pengetahuan, dan keadilan.

Pemikiran ini menjadikan Godwin sebagai pelopor anarkisme filosofis, yang mendahului Proudhon dan Bakunin. Namun, bentuk anarkismenya bersifat intelektual dan moral, bukan revolusioner — ia percaya bahwa perubahan harus lahir dari pendidikan dan persuasi rasional, bukan kekerasan.

Moral Improvement (Penyempurnaan Moral)

Godwin menegaskan bahwa akal manusia bersifat progresif dan mampu memperbaiki kondisi moral tanpa batas. Ia menolak pandangan pesimistis tentang kodrat manusia yang berdosa atau egoistik, dengan berargumen bahwa kejahatan sosial berasal dari kebodohan dan institusi yang korup, bukan dari kodrat manusia itu sendiri.

The improvement of understanding is the most powerful means to the improvement of the heart. (An Enquiry Concerning Political Justice, 1793, hlm. 189)

Peningkatan moral, menurutnya, harus didasarkan pada pendidikan dan kebebasan berpikir, bukan pada hukuman atau paksaan moral. Dalam pandangan ini, pendidikan adalah alat utama untuk mencapai masyarakat tanpa pemerintahan, karena melalui pendidikan manusia belajar bertanggung jawab atas tindakannya.

Orang lain juga membaca :  Martha Nussbaum

Dengan demikian, moral improvement adalah proses rasional yang bersifat individual dan sosial sekaligus. Ia menolak hierarki sosial, hak istimewa, dan kepemilikan yang berlebihan, sebab semua itu menciptakan ketimpangan yang menghalangi kemajuan moral bersama.

Private Judgment (Penilaian Pribadi)

Salah satu prinsip paling radikal dari Godwin adalah keyakinannya terhadap penilaian pribadi (private judgment) sebagai dasar kebebasan moral. Ia berpendapat bahwa setiap individu memiliki kapasitas untuk menilai benar dan salah secara mandiri, tanpa otoritas eksternal.

It is the right of private judgment which above all things it is most important to vindicate. (Political Justice, 1793, hlm. 213)

Dengan menekankan private judgment, Godwin menolak setiap bentuk dogmatisme, baik dari agama, negara, maupun masyarakat. Ia meyakini bahwa kebebasan berpikir adalah bentuk tertinggi dari moralitas, karena hanya melalui kebebasan intelektual manusia dapat bertanggung jawab atas keputusan etisnya.

Konsep ini sangat mempengaruhi liberalisme radikal dan anarkisme moral abad ke-19, serta menjadi dasar bagi pandangan eksistensial tentang kebebasan individual yang kemudian dikembangkan oleh filsuf seperti Kierkegaard dan Sartre.

Dalam Konteks Lain

Etika Rasional dan Humanisme Pencerahan

Dalam konteks sejarah filsafat, Godwin merupakan puncak dari rasionalisme moral Pencerahan Inggris, sekaligus pembuka bagi pemikiran libertarian modern. Ia memadukan optimisme moral Rousseau dengan empirisisme moral Hume, menghasilkan pandangan etika yang menghargai kebebasan individu sebagai ekspresi tertinggi rasio dan kemanusiaan.

Reason is the only legislator of conduct. (Political Justice, 1793, hlm. 228)

Menurut Godwin, rasio adalah satu-satunya pembuat hukum moral. Dengan demikian, moralitas bukanlah sesuatu yang dipaksakan, melainkan hasil penilaian otonom individu yang didasarkan pada pemahaman rasional tentang kebaikan umum.

Pemikirannya turut memengaruhi liberalisme klasik, anarkisme non-violence, dan bahkan humanisme sekuler abad ke-19 dan ke-20. Dalam sastra dan politik, ide-idenya meninggalkan jejak kuat pada pemikir seperti Percy Bysshe Shelley, Godwin’s son-in-law, dan John Stuart Mill.

Orang lain juga membaca :  Hippocrates

Kesimpulan

William Godwin merupakan filsuf kebebasan dan rasionalitas moral, yang percaya bahwa manusia mampu membangun tatanan sosial adil melalui penilaian rasional dan pendidikan moral, tanpa perlu intervensi negara. Ia menolak semua bentuk kekuasaan yang membatasi kebebasan berpikir, dengan keyakinan bahwa keadilan sejati lahir dari kebijaksanaan dan simpati individual. Karyanya menjadi landasan awal bagi anarkisme filosofis, liberalisme rasional, dan humanisme modern.

FAQ

Apa yang dimaksud dengan “anarkisme filosofis” menurut Godwin?

Anarkisme filosofis adalah keyakinan bahwa masyarakat dapat diatur secara moral melalui rasio dan kebebasan individu, tanpa pemerintah atau hukum eksternal.

Bagaimana peran pendidikan dalam pemikiran Godwin?

Pendidikan adalah sarana utama penyempurnaan moral dan alat untuk membebaskan manusia dari kebodohan dan penindasan sosial.

Mengapa Godwin menolak pemerintahan?

Karena ia menganggap pemerintahan selalu menindas kebebasan berpikir dan menghalangi perkembangan moral serta rasionalitas manusia.

Referensi

  • Godwin, W. (1793). An Enquiry Concerning Political Justice. London: G.G.J. and J. Robinson.
  • Philp, M. (1986). Godwin’s Political Justice. Ithaca: Cornell University Press.
  • Clark, J. P. (1977). The Philosophical Anarchism of William Godwin. Princeton: Princeton University Press.
  • Marshall, P. (1992). Demanding the Impossible: A History of Anarchism. London: HarperCollins.
  • O’Brien, K. (2009). Women and Enlightenment in Eighteenth-Century Britain. Cambridge: Cambridge University Press.
  • McClelland, J. S. (1996). A History of Western Political Thought. London: Routledge.

Dukung berbagai Project Raymond Kelvin Nando kedepannya


Citation


Previous Article

William dari Alnwick

Next Article

Zeno dari Citium