René Descartes

Raymond Kelvin Nando — René Descartes adalah seorang filsuf, matematikawan, dan ilmuwan Prancis yang dianggap sebagai Bapak Filsafat Modern. Pemikirannya membentuk dasar bagi rasionalisme Eropa dan menandai pergeseran besar dari skolastisisme abad pertengahan menuju metode berpikir kritis dan reflektif. Dengan semboyan terkenalnya cogito, ergo sum (aku berpikir, maka aku ada), Descartes meletakkan fondasi epistemologis bagi pengetahuan yang pasti dan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.

Biografi René Descartes

René Descartes lahir pada 31 Maret 1596 di La Haye en Touraine, Prancis (kini dikenal sebagai Descartes). Ia menempuh pendidikan di Collège Royal Henry-Le-Grand, lembaga Jesuit bergengsi yang mengajarkan logika Aristotelian dan filsafat skolastik. Setelah menyelesaikan studinya, Descartes melanjutkan kariernya di bidang militer dan kemudian berkelana ke berbagai negara Eropa, di mana ia mulai merumuskan metode filosofisnya yang terkenal.

Sekitar tahun 1620-an, Descartes mulai meragukan seluruh sistem pengetahuan yang diwariskan kepadanya. Ia merasa bahwa segala sesuatu yang ia yakini dapat diragukan kecuali kesadaran akan dirinya sendiri sebagai makhluk berpikir. Gagasan inilah yang kemudian menjadi dasar bagi karya monumentalnya, Meditationes de Prima Philosophia (Meditasi tentang Filsafat Pertama, 1641).

Karya penting lainnya termasuk Discours de la Méthode (Wacana tentang Metode, 1637), Principia Philosophiae (1644), dan Les Passions de l’âme (1649). Dalam bidang sains dan matematika, Descartes mengembangkan koordinat kartesius, yang kemudian menjadi dasar geometri analitik. Ia wafat pada 11 Februari 1650 di Stockholm, Swedia, saat menjadi guru bagi Ratu Christina.

Orang lain juga membaca :  Ibn Sina (Avicenna)

Konsep-Konsep Utama

Cogito, ergo sum (Aku Berpikir, Maka Aku Ada)

Pernyataan ini merupakan inti dari epistemologi Descartes dan menjadi titik pijak bagi seluruh filsafat modern. Descartes memulai pencariannya akan kepastian mutlak dengan meragukan segala hal, termasuk persepsi indera dan realitas eksternal.

Cogito, ergo sum. (Meditationes de Prima Philosophia, 1641, hlm. 25)

Melalui proses keraguan metodis, Descartes menemukan bahwa keraguan itu sendiri membuktikan keberadaan subjek yang meragukan. Ia menyimpulkan bahwa kesadaran berpikir merupakan dasar yang tak dapat disangkal bagi seluruh pengetahuan. Pemikiran ini mengubah paradigma filsafat dengan menempatkan subjek rasional sebagai pusat epistemologi dan metafisika.

Gagasan cogito membuka jalan bagi individualisme modern dan rasionalisme, di mana akal menjadi sumber utama pengetahuan. Dengan demikian, kebenaran tidak lagi bergantung pada otoritas eksternal, tetapi pada kepastian reflektif dari kesadaran manusia.

Methodic Doubt (Keraguan Metodis)

Descartes memperkenalkan metode keraguan sebagai alat untuk mencapai kepastian yang mutlak. Ia menyatakan bahwa untuk membangun fondasi ilmu yang kokoh, seseorang harus terlebih dahulu meragukan segala hal yang mungkin salah.

I will suppose therefore that all that I see is false; I will believe that none of what my lying memory tells me ever happened. (Meditationes de Prima Philosophia, 1641, hlm. 18)

Dengan asumsi ekstrem ini, Descartes menyingkirkan semua keyakinan yang tidak memiliki dasar yang absolut, hingga hanya tersisa kesadaran akan dirinya sebagai makhluk berpikir. Metode ini menjadi model bagi filsafat kritis modern, yang menuntut kejelasan dan pembuktian rasional sebelum menerima suatu kebenaran.

Dualisme Substansi (Res Cogitans dan Res Extensa)

Descartes membedakan dua jenis substansi: res cogitans (substansi berpikir) dan res extensa (substansi yang memiliki keluasan).

By substance we can understand nothing else than a thing which exists in such a way as to stand in need of nothing beyond itself in order to exist. (Principia Philosophiae, 1644, hlm. 1.51)

Dengan pandangan ini, Descartes menegaskan perbedaan ontologis antara pikiran dan materi, antara jiwa dan tubuh. Pikiran bersifat non-material, sadar, dan independen, sedangkan tubuh bersifat mekanis dan tunduk pada hukum fisika.

Orang lain juga membaca :  Joseph de Maistre

Meskipun dualisme ini menimbulkan problem hubungan antara jiwa dan tubuh (mind-body problem), ia menjadi titik awal bagi debat panjang dalam filsafat modern tentang kesadaran, identitas, dan realitas.

Clear and Distinct Ideas (Ide Jelas dan Terpilah)

Menurut Descartes, kebenaran dapat dijamin jika suatu ide memiliki sifat jelas (clara) dan terpilah (distincta) dalam kesadaran.

Whatever I perceive very clearly and distinctly is true. (Meditationes de Prima Philosophia, 1641, hlm. 35)

Ide-ide yang jelas dan terpilah merupakan dasar bagi pengetahuan yang pasti, karena berasal dari rasio, bukan dari indera. Prinsip ini mengukuhkan posisi Descartes sebagai pelopor rasionalisme modern, bersama Spinoza dan Leibniz, yang meyakini bahwa akal dapat mencapai kebenaran universal.

Dalam Konteks Lain

Epistemologi Modern

Descartes adalah pelopor epistemologi modern karena menggeser fokus filsafat dari objek eksternal ke subjek yang mengetahui. Ia menegaskan bahwa kepastian pengetahuan hanya dapat dicapai melalui refleksi terhadap kesadaran diri.

It is certain that I am really distinct from my body, and can exist without it. (Meditationes de Prima Philosophia, 1641, hlm. 78)

Pernyataan ini menandai munculnya paradigma subjektivitas modern, di mana eksistensi manusia pertama-tama dipahami melalui kesadaran. Dari sinilah berkembang berbagai arus pemikiran seperti fenomenologi, eksistensialisme, dan filsafat kesadaran.

Pengaruh terhadap Ilmu Pengetahuan

Dalam bidang sains, Descartes memperkenalkan mekanistik worldview, yaitu pandangan bahwa alam semesta bekerja seperti mesin yang dapat dijelaskan melalui hukum matematika. Ia menolak penjelasan finalistik Aristoteles dan menggantinya dengan kausalitas mekanis.

Pemikirannya tentang koordinat kartesius membentuk dasar bagi fisika Newtonian dan sistem ilmiah modern. Dengan demikian, Descartes bukan hanya pembaharu filsafat, tetapi juga arsitek revolusi ilmiah abad ke-17.

Orang lain juga membaca :  Galileo Galilei

Kesimpulan

René Descartes adalah fundator filsafat modern, yang menegakkan pengetahuan di atas dasar kepastian subjektif dan rasionalitas. Melalui cogito, ergo sum, ia membangun sistem yang menempatkan manusia sebagai pusat refleksi metafisis dan epistemologis. Dualismenya membuka ruang bagi perkembangan psikologi, ontologi, dan ilmu pengetahuan, menjadikannya salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah pemikiran Barat.

FAQ

Apa arti sebenarnya dari cogito, ergo sum?

Bahwa keberadaan manusia dibuktikan melalui aktivitas berpikirnya; berpikir adalah bukti eksistensi yang tak dapat disangkal.

Mengapa Descartes disebut bapak filsafat modern?

Karena ia memperkenalkan metode rasional dan reflektif yang menolak otoritas tradisional serta menegakkan dasar pengetahuan pada kesadaran diri.

Apa masalah utama dalam dualisme Descartes?

Masalah hubungan antara jiwa (non-material) dan tubuh (material), yang kemudian dikenal sebagai mind-body problem.

Referensi

  • Descartes, R. (1637). Discours de la Méthode. Leiden: Jan Maire.
  • Descartes, R. (1641). Meditationes de Prima Philosophia. Paris: Michel Soly.
  • Descartes, R. (1644). Principia Philosophiae. Amsterdam: Louis Elzevir.
  • Clarke, D. M. (2006). Descartes: A Biography. Cambridge University Press.
  • Kenny, A. (2012). Descartes: A Study of His Philosophy. Routledge.
  • Cottingham, J. (1998). Cartesian Reflections: Essays on Descartes’s Philosophy. Oxford University Press.

Dukung berbagai Project Raymond Kelvin Nando kedepannya


Citation


Previous Article

Ralph Waldo Emerson

Next Article

Richard Rorty