Meister Eckhart

Raymond Kelvin Nando — Meister Eckhart adalah seorang filsuf dan mistikus Jerman abad ke-13 yang dikenal karena pemikirannya yang mendalam tentang hakikat Tuhan, jiwa manusia, dan kesatuan ontologis antara keduanya. Ia merupakan salah satu tokoh sentral dalam tradisi mistik Kristen dan neoplatonisme abad pertengahan, serta dianggap sebagai pelopor bagi banyak pemikiran eksistensial dan fenomenologis modern. Melalui khotbah-khotbah dan traktatnya, Eckhart menekankan bahwa Tuhan tidak dapat dipahami melalui konsep rasional, melainkan dialami dalam keheningan batin dan peniadaan diri.

Biografi Meister Eckhart

Meister Eckhart (nama lengkap: Eckhart von Hochheim) lahir sekitar tahun 1260 di Tambach, dekat Gotha, di wilayah Thuringia, Jerman. Ia bergabung dengan Ordo Dominikan pada usia muda dan belajar di Köln di bawah bimbingan Albertus Magnus, seorang murid Santo Thomas Aquinas. Di sinilah ia memperoleh dasar teologi skolastik sekaligus keterbukaan terhadap tradisi neoplatonis.

Setelah menyelesaikan studinya, Eckhart mengajar di Paris, Erfurt, dan Strasbourg. Ia dikenal sebagai orator dan teolog yang brilian, mengajarkan hubungan antara akal dan pengalaman mistik — bahwa pengetahuan sejati tentang Tuhan tidak diperoleh lewat konsep, tetapi melalui persatuan eksistensial antara Tuhan dan jiwa.

Pada awal abad ke-14, Eckhart dituduh oleh otoritas gereja atas dugaan ajaran bidah karena pandangan-pandangannya yang radikal mengenai Tuhan dan penciptaan. Namun, sebelum prosesnya selesai, ia meninggal sekitar tahun 1328. Meski sebagian ajarannya sempat dikecam, warisan pemikirannya diakui kemudian sebagai salah satu puncak mistisisme Kristen Eropa.

Orang lain juga membaca :  Ibn Bājja (Avempace)

Pemikiran Eckhart memengaruhi banyak tokoh besar, termasuk Johannes Tauler, Nicholas of Cusa, Angelus Silesius, hingga Martin Heidegger, yang melihatnya sebagai filsuf keberadaan dan keheningan ontologis.

Konsep-Konsep Utama

Abgeschiedenheit (Kelepasan Diri)

Konsep sentral dalam mistisisme Eckhart adalah Abgeschiedenheitkeadaan melepaskan diri sepenuhnya dari segala hal yang fana, ego, dan keinginan, agar Tuhan dapat hadir dalam jiwa.

Der Mensch soll so ledig aller Dinge und seiner selbst werden, wie er war, ehe er war. (Predigten und Traktate, hlm. 112)

Manusia harus menjadi lepas dari segala sesuatu dan dari dirinya sendiri, sebagaimana ia dahulu sebelum ia ada.

Bagi Eckhart, kelepasan diri bukanlah penyangkalan terhadap dunia, tetapi pembebasan dari keterikatan batin terhadap makhluk dan citra-citra duniawi. Dalam kondisi ini, jiwa menjadi wadah murni bagi kehadiran ilahi (Gottheit).

Melalui Abgeschiedenheit, manusia kembali pada sumber keberadaannya — pada Tuhan yang melampaui segala nama dan konsep. Ia menyebut keadaan tertinggi ini sebagai “Gelassenheit”, yaitu ketenangan batin yang penuh penerimaan terhadap kehendak Tuhan.

Dalam pandangan Eckhart, Tuhan tidak dapat ditemukan di luar diri, tetapi di dalam inti terdalam jiwa, di mana “Tuhan melahirkan Putra-Nya dalam jiwa manusia.”

Gottheit und Gott (Ketuhanan dan Tuhan)

Eckhart membuat pembedaan yang mendalam antara Gottheit (Ketuhanan) dan Gott (Tuhan).

Gott wirkt, die Gottheit aber wirkt nicht; sie ist über allem Wirken erhaben. (Deutsche Predigten, hlm. 58)

Tuhan bekerja, tetapi Ketuhanan tidak bekerja; Ia melampaui segala tindakan.

Menurut Eckhart, Gott adalah manifestasi personal Tuhan yang dikenal manusia melalui ciptaan dan wahyu, sedangkan Gottheit adalah hakikat Tuhan yang transenden, tanpa bentuk dan tanpa nama, sumber dari segala sesuatu.

Orang lain juga membaca :  Michel de Montaigne

Dalam Gottheit, tidak ada perbedaan, waktu, atau aktivitas — hanya keberadaan murni (Sein) yang absolut dan tak terkatakan. Dari Gottheit inilah seluruh makhluk memancar keluar, dan di dalamnya pula segala sesuatu kembali melalui proses emanasi dan reintegrasi spiritual.

Dengan demikian, jalan mistik adalah kembali ke Ketuhanan, melampaui semua citra dan konsep tentang Tuhan.

Seelengrund (Dasar Jiwa)

Konsep Seelengrund, atau “dasar jiwa,” adalah inti dari antropologi mistik Eckhart.

Im Grunde der Seele ist Gott und der Mensch eins. (Predigten, hlm. 207)

Di dalam dasar jiwa, Tuhan dan manusia adalah satu.

Eckhart percaya bahwa di kedalaman jiwa manusia terdapat inti ilahi yang identik dengan hakikat Tuhan sendiri. Namun, kesatuan ini tertutup oleh ego, keinginan, dan kesadaran diri yang palsu.

Melalui kelepasan (Abgeschiedenheit) dan keheningan batin (Gelassenheit), manusia dapat mengalami penyatuan kembali dengan Seelengrund — wilayah terdalam jiwa tempat Tuhan “dilahirkan” secara spiritual.

Kesatuan ini bukan berarti penghapusan pribadi manusia, melainkan transformasi eksistensial, di mana kehendak manusia dan kehendak Tuhan menjadi satu realitas.

Dalam Konteks Lain

Mistisisme Kristen dan Neoplatonisme

Pemikiran Eckhart berakar dalam tradisi Neoplatonisme, terutama melalui Plotinus dan Pseudo-Dionysius Areopagita, yang menekankan emanasi dan kembalinya jiwa kepada Yang Satu (The One). Namun, Eckhart mengkristenkan konsep ini dengan menyatakan bahwa kesatuan dengan Tuhan bukanlah lenyapnya diri, tetapi kelahiran Putra (Logos) dalam jiwa.

Wenn die Seele sich selbst läßt, so findet sie Gott. (Traktate, hlm. 94)

Ketika jiwa melepaskan dirinya, ia menemukan Tuhan.

Dengan demikian, Eckhart menghadirkan sintesis unik antara metafisika, spiritualitas, dan pengalaman eksistensial. Ia menolak konsep Tuhan sebagai entitas jauh, dan menggantinya dengan pengalaman langsung tentang kehadiran ilahi di dalam diri manusia.

Orang lain juga membaca :  Maimonides

Pengaruh terhadap Filsafat Modern

Pemikiran Meister Eckhart meninggalkan jejak panjang dalam sejarah filsafat Barat. Ia memengaruhi mystic humanism pada masa Renaisans, serta menjadi inspirasi bagi idealisme Jerman dan eksistensialisme modern.

Hegel memandang Eckhart sebagai “mistikus dialektis,” sementara Heidegger melihat dalam ajarannya tentang Sein dan Gelassenheit cikal bakal pemikiran ontologis abad ke-20.

Eckhart juga menjadi rujukan penting bagi dialog antara mistisisme Timur dan Barat, terutama dalam studi tentang kesadaran dan meditasi, karena pandangannya tentang peniadaan diri sebagai jalan menuju kehadiran Tuhan.

Kesimpulan

Meister Eckhart merupakan mistikus rasional yang berhasil menggabungkan filsafat skolastik, neoplatonisme, dan pengalaman mistik menjadi sistem pemikiran yang mendalam. Ia mengajarkan bahwa Tuhan tidak ditemukan melalui konsep, melainkan melalui keheningan batin dan kelepasan diri.

Dengan konsep-konsep seperti Abgeschiedenheit, Gottheit und Gott, dan Seelengrund, Eckhart menunjukkan bahwa jiwa manusia adalah tempat kelahiran Tuhan, dan bahwa hakikat tertinggi kehidupan spiritual adalah kesatuan ontologis dengan Yang Ilahi.

Frequently Asked Questions (FAQ)

Apa yang dimaksud dengan Abgeschiedenheit dalam ajaran Eckhart?

Abgeschiedenheit adalah kelepasan diri total dari keinginan dan ego, agar Tuhan dapat hadir secara penuh dalam jiwa manusia.

Apa perbedaan antara Gott dan Gottheit?

Gott adalah Tuhan personal yang bekerja di dunia, sedangkan Gottheit adalah Ketuhanan yang melampaui segala tindakan dan konsep — hakikat murni dari Tuhan itu sendiri.

Apa arti Seelengrund dalam pemikiran Eckhart?

Seelengrund berarti dasar jiwa, tempat terdalam di mana Tuhan dan manusia menjadi satu secara ontologis.

Referensi

  • Eckhart, M. (1981). Meister Eckhart: The Essential Sermons, Commentaries, Treatises, and Defense. New York: Paulist Press.
  • Eckhart, M. (2009). Selected Writings. London: Penguin Classics.
  • Davies, O. (1991). Meister Eckhart: Mystical Theologian. London: SPCK.
  • McGinn, B. (2001). The Mystical Thought of Meister Eckhart: The Man from Whom God Hid Nothing. New York: Crossroad.
  • Caputo, J. D. (1978). The Mystical Element in Heidegger’s Thought. Athens: Ohio University Press.
  • Turner, D. (1995). The Darkness of God: Negativity in Christian Mysticism. Cambridge: Cambridge University Press.

Dukung berbagai Project Raymond Kelvin Nando kedepannya


Citation


Previous Article

Max Scheler

Next Article

Michel de Montaigne