Raymond Kelvin Nando — Maurice Blondel adalah seorang filsuf Prancis yang dikenal sebagai pelopor filsafat tindakan (philosophie de l’action), yang berusaha mendamaikan iman dan rasio melalui analisis mendalam terhadap dinamika kehendak manusia. Pemikirannya menjadi jembatan antara modernisme filosofis dan teologi Katolik kontemporer, membuka ruang bagi pemahaman bahwa tindakan manusia bukan sekadar aktivitas duniawi, tetapi juga ekspresi keterarahan pada yang transenden.
Daftar Isi
Biografi Maurice Blondel
Maurice Blondel lahir pada 2 November 1861 di Dijon, Prancis. Ia berasal dari keluarga Katolik yang taat dan menunjukkan minat mendalam terhadap filsafat sejak muda. Setelah menempuh pendidikan di École Normale Supérieure di Paris, Blondel mulai mempersoalkan pemisahan antara filsafat dan iman yang sangat menonjol dalam pemikiran modern setelah Descartes dan Kant.
Pada tahun 1893, ia mempertahankan disertasi doktoralnya yang monumental, L’Action: Essai d’une critique de la vie et d’une science de la pratique (Tindakan: Sebuah Kritik Kehidupan dan Ilmu tentang Praktik). Karya ini menimbulkan kontroversi besar di kalangan akademik Prancis karena dianggap membawa semangat teologis ke dalam diskursus filsafat murni. Namun, justru dari sinilah muncul konsep khas Blondel tentang tindakan manusia sebagai medan perjumpaan antara kehendak terbatas dan Kehendak Ilahi.
Blondel kemudian mengajar di Universitas Aix-en-Provence dan menulis banyak karya penting seperti La Pensée (1934), Être et les êtres (1935), dan Philosophie et l’esprit chrétien (1944–1946). Ia terus berusaha menunjukkan bahwa iman bukanlah tambahan eksternal bagi rasio, melainkan kelanjutan alami dari dinamika tindakan manusia itu sendiri. Blondel wafat pada 4 Juni 1949 di Aix-en-Provence, meninggalkan warisan intelektual yang kuat dalam tradisi Katolik modern dan eksistensialisme religius.
Konsep-Konsep Utama
L’Action (Tindakan)
Konsep utama dalam filsafat Blondel adalah tindakan sebagai ekspresi total eksistensi manusia. Ia berpendapat bahwa manusia tidak dapat dipahami hanya melalui pemikiran atau kemauan, melainkan melalui keseluruhan dinamika tindakan yang menggabungkan pikiran, kehendak, dan tujuan.
L’action est le lieu où se joue le destin de l’homme. (L’Action, 1893, hlm. 57)
Tindakan adalah tempat di mana nasib manusia dimainkan.
Menurut Blondel, setiap tindakan manusia memiliki dimensi ganda: dimensi empiris (tindakan yang dapat diamati) dan dimensi batin (tindakan kehendak yang mengarah kepada makna). Tindakan manusia, betapapun terbatas, selalu mengandung aspirasi menuju yang mutlak, yakni Tuhan.
Blondel menolak pandangan dualistik yang memisahkan iman dan akal. Bagi dia, tindakan adalah jalan epistemologis menuju iman, karena dalam bertindak manusia menemukan keterbatasan dirinya sendiri dan sekaligus kebutuhan akan yang transenden. Dengan demikian, tindakan menjadi tempat di mana rahmat dan kebebasan berjumpa.
Volonté voulante dan volonté voulue (Kehendak yang menghendaki dan kehendak yang dikehendaki)
Dalam kerangka filsafat tindakan, Blondel membedakan dua jenis kehendak: volonté voulante (kehendak yang menghendaki) dan volonté voulue (kehendak yang dikehendaki).
Il y a en nous une volonté qui veut et une volonté voulue; la première tend vers l’infini, la seconde se fixe dans le fini. (L’Action, 1893, hlm. 112)
Ada dalam diri kita kehendak yang menghendaki dan kehendak yang dikehendaki; yang pertama mengarah pada yang tak terbatas, yang kedua menetap dalam yang terbatas.
Volonté voulante adalah dorongan batin manusia yang menginginkan kesempurnaan mutlak, sementara volonté voulue adalah bentuk konkret kehendak yang dibatasi oleh kondisi duniawi. Ketegangan antara keduanya menyingkap kerinduan manusia terhadap Tuhan, karena hanya dalam Tuhan aspirasi tak terbatas itu menemukan pemenuhannya.
Dari sinilah muncul gagasan penting Blondel bahwa iman bukanlah pelarian dari dunia, melainkan pemenuhan terdalam dari dinamika kehendak manusia yang sejati. Tindakan yang otentik selalu mengandung dimensi religius, karena mengarah kepada sumber makna yang melampaui diri.
Immanence et Transcendance de l’Action (Imanensi dan Transendensi Tindakan)
Blondel menekankan bahwa tindakan manusia memiliki sifat imanen sekaligus transenden. Secara imanen, tindakan berakar dalam pengalaman konkret manusia; namun secara transenden, ia membuka arah menuju realitas Ilahi.
L’homme découvre le divin au cœur même de son agir. (La Pensée, 1934, hlm. 201)
Manusia menemukan yang Ilahi di dalam jantung tindakannya sendiri.
Artinya, manusia tidak harus menolak dunia untuk menemukan Tuhan, karena Tuhan hadir di dalam tindakan manusia itu sendiri. Relasi antara iman dan akal bukanlah oposisi, tetapi kontinuitas dinamis antara tindakan manusia yang terbatas dan tindakan Ilahi yang melampaui batas.
Dengan demikian, filsafat Blondel bukanlah teologi dalam bentuk lain, melainkan analisis rasional tentang struktur keberadaan manusia yang selalu terbuka kepada Tuhan.
Dalam Konteks Lain
Filsafat Agama dan Teologi Katolik
Pemikiran Blondel berperan penting dalam perkembangan filsafat agama modern, terutama dalam mengatasi dikotomi antara iman dan rasio. Dengan filsafat tindakan, ia menunjukkan bahwa iman bukanlah sesuatu yang asing bagi akal, melainkan konsekuensi logis dari dinamika kehendak manusia.
La foi n’est pas un ajout à la raison, mais son achèvement. (Philosophie et l’esprit chrétien, 1944, hlm. 78)
Iman bukan tambahan bagi rasio, melainkan penyempurnaannya.
Gagasan ini menjadi fondasi bagi pemikiran teologi eksistensial dan personalistik di abad ke-20. Blondel memengaruhi banyak teolog Katolik, termasuk Henri de Lubac dan Pierre Teilhard de Chardin, yang kemudian terlibat dalam gerakan nouvelle théologie.
Etika Tindakan dan Eksistensi
Selain dimensi religiusnya, filsafat tindakan Blondel juga memiliki implikasi etis. Ia menolak moralitas yang bersifat formal dan menggantikannya dengan etika eksistensial, di mana nilai moral muncul dari ketulusan kehendak untuk mengarahkan tindakan kepada makna sejati.
Etika Blondel tidak hanya berbicara tentang apa yang harus dilakukan, tetapi tentang bagaimana tindakan menjadi jalan menuju penggenapan diri dalam Tuhan. Dalam konteks modern, pemikirannya memberi kontribusi pada dialog antara humanisme sekuler dan spiritualitas iman.
Kesimpulan
Maurice Blondel adalah salah satu filsuf Katolik paling orisinal pada abad ke-20. Melalui philosophie de l’action, ia menegaskan bahwa tindakan manusia merupakan titik temu antara kebebasan dan rahmat, antara rasio dan iman. Ia membuka cara baru memahami iman bukan sebagai dogma eksternal, melainkan sebagai jawaban eksistensial terhadap dinamika batin manusia yang mencari makna tertinggi.
Pemikiran Blondel tetap relevan dalam diskursus filsafat dan teologi kontemporer karena menunjukkan bahwa iman dan rasio bukan dua dunia yang terpisah, melainkan dua arah dari satu tindakan yang sama — tindakan manusia menuju Tuhan.
Frequently Asked Questions (FAQ)
Apa inti filsafat tindakan Maurice Blondel?
Bahwa tindakan manusia merupakan ekspresi total keberadaan yang selalu mengarah kepada yang transenden, yakni Tuhan.
Apa perbedaan antara volonté voulante dan volonté voulue?
Volonté voulante adalah kehendak batin yang menginginkan kesempurnaan tak terbatas, sedangkan volonté voulue adalah kehendak yang terwujud secara terbatas dalam dunia.
Bagaimana hubungan antara iman dan akal dalam pemikiran Blondel?
Bagi Blondel, iman bukan tambahan bagi akal, melainkan penyempurnaannya; tindakan manusia secara alami menuju iman sebagai penggenapan rasio.
Referensi
- Blondel, M. (1893). L’Action: Essai d’une critique de la vie et d’une science de la pratique. Paris: Alcan.
- Blondel, M. (1934). La Pensée. Paris: Presses Universitaires de France.
- Blondel, M. (1944). Philosophie et l’esprit chrétien. Paris: Aubier.
- De Lubac, H. (1969). The Mystery of the Supernatural. New York: Herder and Herder.
- Maréchal, J. (1951). Studies in the Psychology of the Mystics. New York: Pantheon.
- Williams, T. D. (1999). Maurice Blondel: A Philosophical Life. Milwaukee: Marquette University Press.