Raymond Kelvin Nando — John Dewey adalah seorang filsuf, psikolog, dan reformis pendidikan asal Amerika Serikat. Ia dikenal sebagai tokoh utama dalam aliran pragmatisme dan pengembang filsafat instrumentalisme. Selain itu, Dewey berperan penting dalam pembaruan pendidikan melalui pendekatan progressive education yang menekankan pengalaman langsung dan demokrasi dalam pembelajaran.
Daftar Isi
Biografi John Dewey
John Dewey lahir pada 20 Oktober 1859 di Burlington, Vermont, Amerika Serikat. Ia berasal dari keluarga kelas menengah dan tumbuh di lingkungan yang sederhana. Minatnya pada filsafat muncul ketika ia belajar di University of Vermont, tempat ia banyak membaca karya-karya filsuf modern.
Setelah lulus, Dewey mengajar sambil menulis artikel di bidang filsafat. Ia kemudian melanjutkan pendidikan di Johns Hopkins University, di mana ia meraih gelar doktor filsafat pada tahun 1884. Di sana, ia dipengaruhi oleh George Sylvester Morris dan G. Stanley Hall, yang memperkenalkannya pada filsafat Hegelian dan psikologi eksperimental.
Karier akademiknya dimulai di University of Michigan, sebelum akhirnya ia pindah ke University of Chicago pada 1894. Di Chicago, Dewey mengembangkan ide-ide pentingnya tentang pendidikan progresif dan mendirikan Laboratory School, sebuah eksperimen pendidikan yang inovatif.
Pada 1904, Dewey pindah ke Columbia University, tempat ia mengajar hingga pensiun. Di sana, ia semakin dikenal sebagai filsuf publik yang aktif menulis tentang demokrasi, masyarakat, dan pendidikan.
John Dewey wafat pada 1 Juni 1952 di New York. Ia dikenang sebagai salah satu filsuf Amerika paling berpengaruh, dengan karya-karya yang menjembatani filsafat, pendidikan, dan demokrasi.
Konsep-Konsep Utama
Instrumentalism (Instrumentalisme)
Dewey menekankan bahwa ide dan konsep bukanlah representasi statis dari kenyataan, melainkan alat (instrument) untuk memecahkan masalah dalam pengalaman manusia.
“Ideas are not fixed and immutable; they are tools by which we direct our activities.” — “Ide bukanlah sesuatu yang tetap dan tak berubah; ia adalah alat yang kita gunakan untuk mengarahkan aktivitas kita.” (Democracy and Education, 1916, hlm. 146)
Dengan demikian, kebenaran bersifat pragmatis: suatu gagasan dianggap benar sejauh ia efektif dalam memecahkan masalah.
Experience and Nature (Pengalaman dan Alam)
Dalam karyanya, Dewey menekankan pentingnya pengalaman sebagai dasar bagi filsafat dan ilmu pengetahuan.
“Experience is not a veil that shuts man off from nature; it is rather the means by which he penetrates continually deeper into nature.” — “Pengalaman bukanlah tabir yang memisahkan manusia dari alam; melainkan sarana bagi manusia untuk menembus lebih dalam ke alam.” (Experience and Nature, 1925, hlm. 4)
Bagi Dewey, pengalaman adalah proses interaktif antara manusia dan lingkungannya, yang terus membentuk pengetahuan dan tindakan.
Progressive Education (Pendidikan Progresif)
Dewey adalah pelopor pendidikan progresif, yang menolak metode hafalan mekanis dan menekankan pembelajaran aktif berbasis pengalaman.
“Education is not preparation for life; education is life itself.” — “Pendidikan bukanlah persiapan untuk hidup; pendidikan adalah hidup itu sendiri.” (Democracy and Education, 1916, hlm. 239)
Dengan demikian, pendidikan harus demokratis, partisipatif, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Dalam Konteks Lain
Filsafat Sosial dan Demokrasi
Dewey menegaskan bahwa demokrasi bukan sekadar bentuk pemerintahan, melainkan cara hidup yang menuntut partisipasi aktif warganya. Demokrasi harus dihidupi dalam institusi sosial, termasuk pendidikan, agar dapat membentuk warga negara yang kritis dan bertanggung jawab.
Etika dan Estetika
Dalam etika, Dewey menolak moralitas absolut. Ia melihat nilai moral sebagai hasil dari proses sosial yang dinamis. Dalam estetika, khususnya dalam Art as Experience (1934), ia menekankan seni sebagai bentuk pengalaman yang memperkaya kehidupan manusia, bukan sekadar objek pasif untuk dinikmati.
Kesimpulan
John Dewey adalah filsuf pragmatis Amerika yang menghubungkan filsafat dengan kehidupan praktis. Dengan gagasan instrumentalism, konsep pengalaman, dan pendidikan progresif, ia menekankan bahwa filsafat harus relevan dengan masalah sosial dan pendidikan. Dewey meletakkan dasar bagi teori pendidikan modern dan memperluas makna demokrasi sebagai praktik hidup bersama.
Frequently Asked Questions (FAQ)
Apa itu instrumentalisme menurut Dewey?
Instrumentalisme adalah pandangan bahwa ide dan konsep adalah alat untuk memecahkan masalah, bukan representasi tetap dari kenyataan.
Bagaimana pandangan Dewey tentang pendidikan?
Pendidikan harus progresif, berbasis pengalaman, dan dipahami sebagai kehidupan itu sendiri, bukan sekadar persiapan untuk masa depan.
Mengapa Dewey penting dalam filsafat demokrasi?
Karena ia menekankan demokrasi sebagai cara hidup yang menuntut partisipasi aktif, bukan hanya sistem politik formal.
Referensi
- Dewey, J. (1916). Democracy and Education. New York: Macmillan.
- Dewey, J. (1925). Experience and Nature. Chicago: Open Court.
- Dewey, J. (1934). Art as Experience. New York: Minton, Balch & Company.
- Hickman, L. A. (1990). John Dewey’s Pragmatic Technology. Bloomington: Indiana University Press.
- Ryan, A. (1995). John Dewey and the High Tide of American Liberalism. New York: W.W. Norton.
- Garrison, J., Neubert, S., & Reich, K. (2016). John Dewey’s Philosophy of Education: An Introduction and Recontextualization for Our Times. New York: Palgrave Macmillan.