Raymond Kelvin Nando, Pontianak — Buku The Castle in the Pyrenees karya Jostein Gaarder adalah sebuah novel yang memadukan kisah cinta, filsafat, dan pertanyaan spiritual yang mendalam tentang kehidupan setelah kematian. Diterbitkan pertama kali pada tahun 2008, novel ini memperlihatkan kepiawaian Gaarder dalam menggabungkan narasi fiksi dengan refleksi filosofis yang selalu menjadi ciri khasnya. Jika Dunia Sophie membawa pembaca kepada sejarah filsafat, maka The Castle in the Pyrenees mengajak kita menelusuri dimensi transendental tentang eksistensi dan realitas yang melampaui kehidupan duniawi.
Kisah novel ini berpusat pada dua tokoh utama, Solrun dan Steinn, yang pernah menjalin hubungan penuh cinta di masa muda mereka tetapi kemudian berpisah karena perbedaan pandangan tentang iman dan dunia. Setelah lebih dari tiga dekade tidak bertemu, keduanya dipertemukan kembali secara tidak sengaja di sebuah hotel kecil di pegunungan Pyrenees. Pertemuan ini membuka kembali luka lama, sekaligus menjadi awal dari serangkaian percakapan melalui email yang intens, reflektif, dan penuh pertanyaan filosofis.
Dialog mereka menjadi inti dari novel ini. Solrun, yang lebih terbuka pada spiritualitas dan iman, berpendapat bahwa realitas tidak hanya terbatas pada dunia material, melainkan ada dimensi transendental yang menghubungkan kehidupan dan kematian. Sebaliknya, Steinn, seorang rasionalis yang skeptis, tetap teguh pada pandangan sains dan materialisme. Pertukaran email mereka tidak hanya mengungkapkan kisah cinta yang masih tersisa, tetapi juga menggambarkan perdebatan abadi antara sains dan agama, antara iman dan rasio, antara misteri dan penjelasan logis.
Gaarder, melalui narasi ini, membawa pembaca masuk ke dalam dialog filosofis yang intim dan penuh emosi. Novel ini tidak menawarkan jawaban mutlak, tetapi justru menegaskan pentingnya dialog dan keterbukaan dalam memahami realitas. Pertanyaan-pertanyaan besar yang diajukan—tentang jiwa, kehidupan setelah mati, makna cinta, dan hubungan manusia dengan alam semesta—mendorong pembaca untuk merefleksikan posisi mereka sendiri dalam menghadapi misteri eksistensi.
Selain tema filosofis, The Castle in the Pyrenees juga menyentuh dimensi personal yang dalam. Kisah cinta Solrun dan Steinn bukan hanya latar cerita, tetapi juga simbol pertentangan antara dua cara pandang yang berbeda tentang dunia. Cinta mereka diuji oleh keyakinan masing-masing, dan pertemuan kembali di usia tua memperlihatkan bagaimana cinta dapat bertahan meski dihantui oleh perbedaan fundamental.
Dengan gaya khasnya, Gaarder menulis novel ini dalam bentuk epistolari—serangkaian email yang bergantian antara kedua tokoh. Format ini memberi kesan nyata, personal, dan langsung, seolah pembaca ikut membaca percakapan rahasia antara dua jiwa yang sedang mencari kebenaran. Bentuk ini juga mencerminkan zaman modern, ketika teknologi digital menjadi medium baru untuk diskusi mendalam tentang filsafat dan kehidupan.
Secara keseluruhan, The Castle in the Pyrenees adalah novel yang memadukan kisah cinta dan refleksi filosofis dengan elegan. Ia mengingatkan kita bahwa pertanyaan tentang kehidupan dan kematian bukanlah milik para filsuf saja, tetapi milik setiap manusia yang pernah mencintai, kehilangan, dan mencari makna. Dengan sentuhan emosional dan intelektual yang seimbang, Gaarder kembali menghadirkan sebuah karya yang menyentuh hati sekaligus menggugah pikiran.
The Castle in the Pyrenees — Download PDF
Download Koleksi Ebooks Lainnya disini