Agnostisisme (Metafisika)
Konsep Agnostisisme dalam Metafisika
Raymond Kelvin Nando, Pontianak — Agnostisisme dalam metafisika merujuk pada posisi bahwa kebenaran terakhir tentang eksistensi, entitas absolut, atau prinsip tertinggi tidak dapat diketahui atau dibuktikan sepenuhnya. Konsep ini menekankan keterbatasan pengetahuan manusia dalam menghadapi realitas mutlak.
Dalam kerangka ontologi, agnostisisme menyoroti adanya ruang ketidakpastian. Realitas mungkin memiliki prinsip dasar atau entitas absolut, tetapi keterbatasan kognitif manusia mencegah pemahaman yang lengkap tentangnya.
Konsep ini menekankan kontinuitas reflektif. Dengan mengakui ketidakpastian, entitas sadar akan batas-batasnya dan menekankan kehati-hatian dalam klaim tentang eksistensi dan kausalitas.
Agnostisisme juga relevan untuk kausalitas. Ia menekankan bahwa hubungan sebab-akibat mungkin dapat dianalisis pada tingkat fenomenal, tetapi penyebab akhir atau prinsip mutlak dari eksistensi tetap tidak sepenuhnya dapat diakses.
Selain itu, agnostisisme menyoroti fleksibilitas pemahaman. Ketidakpastian terhadap prinsip mutlak memungkinkan interpretasi yang beragam dan adaptasi pandangan metafisik sesuai dengan pengalaman dan argumen yang tersedia.
Konsep ini membantu menjelaskan emergensi. Fenomena baru atau pola kompleks dapat diamati dan dipahami secara relatif, tanpa harus mengklaim pengetahuan mutlak tentang asal-usul atau prinsip final yang mendasarinya.
Agnostisisme menekankan hubungan antara individu dan keseluruhan kosmik. Dengan menerima keterbatasan pengetahuan, entitas dapat menavigasi eksistensi dengan kesadaran akan ketidakpastian yang melekat pada sistem realitas.
Selain itu, agnostisisme mendukung analisis identitas. Kesadaran terhadap ketidakpastian memungkinkan entitas mempertahankan integritas internal sambil tetap terbuka terhadap perubahan dan interaksi dalam dunia yang kompleks.
Konsep ini juga relevan untuk refleksi etis dan epistemologis. Agnostisisme mengajarkan kehati-hatian dalam klaim kebenaran, mendorong pendekatan berbasis evaluasi, bukti, dan koherensi daripada dogma mutlak.
Kesimpulannya, agnostisisme menekankan keterbatasan pengetahuan manusia terhadap prinsip atau entitas mutlak. Pemahaman ini memungkinkan analisis eksistensi, kausalitas, identitas, emergensi, dan hubungan individu dengan kosmos secara reflektif dan kritis dalam metafisika.
Referensi
- Rivera, M. (2022). Agnosticism and limits of metaphysical knowledge. Journal of Metaphysical Philosophy, 47(2), 101–119.
- Kim, S. (2021). Uncertainty in ontological frameworks. International Journal of Ontology, 41(1), 55–73.
- Alvarez, P. (2023). Epistemic boundaries and metaphysical inquiry. Metaphysical Inquiry, 48(2), 145–163.
- Lin, Y. (2020). Reflective uncertainty in metaphysical analysis. Asian Journal of Metaphysical Studies, 49(3), 77–95.
- Hart, D. (2021). Causality and knowledge limitations. Foundations of Philosophy, 37(3), 123–141.
- Becker, T. (2022). Agnostic perspectives in metaphysical systems. Contemporary Metaphysical Review, 43(2), 201–219.
- Silva, F. (2020). Identity and uncertainty in metaphysical thought. European Journal of Metaphysics, 41(1), 99–117.
- Zhao, L. (2023). Emergent understanding under epistemic limits. Journal of Ontological Studies, 39(2), 145–163.
- Navarro, C. (2021). Metaphysical agnosticism and systemic reflection. Philosophical Perspectives, 51(4), 201–219.