Raymond Kelvin Nando, Pontianak — Ibn Rushd, yang dikenal di Barat sebagai Averroes, adalah seorang filsuf, dokter, dan ahli hukum Islam dari Andalusia pada abad ke-12. Ia merupakan komentator besar karya Aristoteles dan tokoh penting dalam pengembangan filsafat Islam serta filsafat skolastik di Eropa. Melalui karyanya, ia berusaha mendamaikan antara wahyu dan akal, serta menegaskan posisi filsafat sebagai jalan menuju kebenaran.
Daftar Isi
Biografi Ibn Rushd (Averroes)
Ibn Rushd lahir pada tahun 1126 di Córdoba, sebuah kota pusat intelektual di Andalusia. Nama lengkapnya adalah Abū al-Walīd Muḥammad ibn Aḥmad ibn Muḥammad ibn Rushd. Ia berasal dari keluarga terpelajar: ayah dan kakeknya adalah qadhi terkenal.
Sejak muda, Ibn Rushd mendalami ilmu agama, hukum Islam, kedokteran, matematika, astronomi, dan filsafat. Ia dipengaruhi oleh karya Aristoteles, Plato, dan filsuf Muslim sebelumnya seperti al-Fārābī dan Ibn Sīnā (Avicenna).
Kariernya mencakup posisi sebagai dokter istana dinasti Almohad serta qadhi di Sevilla dan Córdoba. Ia menulis karya besar dalam filsafat, kedokteran (al-Kulliyyāt), astronomi, dan hukum Islam.
Namun, menjelang akhir hidupnya, ia menghadapi pengasingan karena kritik terhadap filsafat di kalangan ulama ortodoks. Ia meninggal pada 1198 di Marrakesh, Maroko, meninggalkan warisan intelektual yang sangat luas.
Konsep-Konsep Utama
Faṣl al-Maqāl Penentuan Kata Putus
Ibn Rushd menulis dalam Faṣl al-Maqāl:
“الحكمة صاحبة الشريعة والأخت الرضيعة لها” — “Filsafat adalah sahabat syariat dan saudara sesusu dengannya.” (Faṣl al-Maqāl, 12th c., hlm. 12)
Bagi Ibn Rushd, filsafat dan agama tidak bertentangan. Wahyu dan akal sama-sama berasal dari Tuhan, sehingga tidak mungkin keduanya saling bertolak belakang. Jika tampak ada pertentangan, maka teks wahyu perlu ditafsirkan secara alegoris.
Pandangan ini menunjukkan upayanya untuk mendamaikan wahyu dan filsafat, menegaskan bahwa filsafat justru memperkuat pemahaman keagamaan.
Komentar atas Aristoteles
Ibn Rushd dijuluki The Commentator di Eropa karena ulasannya yang luas atas karya-karya Aristoteles.
Dalam komentarnya ia menulis:
“العقل الفعّال واحد لجميع الناس” — “Akal Aktif adalah satu bagi seluruh manusia.” (Commentarium Magnum in Aristotelis De Anima, 12th c., hlm. 212)
Dengan ini, ia menekankan teori kesatuan intelek (unity of the intellect). Menurutnya, Akal Aktif bersifat universal dan tidak terbatas pada individu. Gagasan ini menjadi perdebatan besar di Eropa abad pertengahan, memengaruhi filsuf Latin seperti Siger dari Brabant dan memicu kontroversi “Averroisme Latin.”
Dalam Konteks Lain
Filsafat Politik
Dalam Tahāfut al-Tahāfut (Kerancuan Kerancuan), Ibn Rushd menanggapi kritik al-Ghazālī terhadap filsafat. Ia membela rasionalitas dan menegaskan bahwa masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang dipandu oleh filsafat dan syariat.
Ia menulis:
“المدينة الفاضلة لا تقوم إلا بالعلم والعمل معاً” — “Negara utama tidak dapat tegak kecuali dengan ilmu dan amal bersama.” (Tahāfut al-Tahāfut, 12th c., hlm. 145)
Dengan demikian, filsafat politiknya menekankan pentingnya harmoni antara hukum agama dan akal rasional dalam membangun peradaban.
Filsafat Kedokteran dan Ilmu Alam
Sebagai dokter, Ibn Rushd menulis al-Kulliyyāt fī al-Ṭibb (Colliget dalam tradisi Latin), sebuah ensiklopedia kedokteran. Ia menekankan metode empiris dalam diagnosis dan pengobatan, selaras dengan pendekatan filsafatnya yang mengutamakan rasionalitas.
Dalam astronomi, ia mengkritik teori Ptolemaios dan menekankan pentingnya koherensi antara observasi dan prinsip-prinsip filsafat alam.
Kesimpulan
Ibn Rushd (Averroes) adalah tokoh yang berupaya mendamaikan filsafat dan agama, sekaligus menjembatani tradisi intelektual Islam dan Barat Latin. Melalui teori kesatuan intelek, komentar atas Aristoteles, serta pandangannya tentang harmoni akal dan wahyu, ia memberikan kontribusi besar bagi filsafat Islam dan skolastik. Pemikirannya menjadikannya salah satu figur sentral dalam sejarah filsafat dunia.
Frequently Asked Questions (FAQ)
Apa karya utama Ibn Rushd?
Beberapa karya pentingnya adalah Faṣl al-Maqāl, Tahāfut al-Tahāfut, serta komentar-komentar atas Aristoteles.
Apa kontribusi Ibn Rushd pada filsafat Barat?
Ia memperkenalkan teori kesatuan intelek dan menjadi jembatan utama antara Aristoteles dan filsafat skolastik.
Bagaimana sikap Ibn Rushd terhadap agama?
Ia meyakini bahwa agama dan filsafat saling melengkapi, bukan bertentangan.
Referensi
- Ibn Rushd. (1959). Faṣl al-Maqāl. Edited by G. F. Hourani. Leiden: Brill.
- Ibn Rushd. (1961). Tahāfut al-Tahāfut. Edited by S. Van den Bergh. London: Oxford University Press.
- Averroes. (1953). Commentarium Magnum in Aristotelis De Anima. Edited by F. S. Crawford. Cambridge: Medieval Academy of America.
- Davidson, H. A. (1992). Alfarabi, Avicenna, and Averroes on Intellect. Oxford: Oxford University Press.
- Fakhry, M. (2002). A History of Islamic Philosophy. New York: Columbia University Press.
- Taylor, R. C. (2005). Averroes: The Unity of the Intellect. New Haven: Yale University Press.